Senin 06 Apr 2020 07:25 WIB

Yuk, Atur Keuangan di Tengah Pandemi Covid-19

Hindari pembelian konsumtif dan impulsif yang tidak perlu apalagi dengan cicilan.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Friska Yolandha
Siapkan dana darurat di tengah pandemi covid-19, hindari belanja konsumtif dan impulsif.
Foto: Republika
Siapkan dana darurat di tengah pandemi covid-19, hindari belanja konsumtif dan impulsif.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Angka positif Covid-19 di Indonesia terus bertambah. Per Ahad (5/4) angka kejadian sudah mencapai 2.273 kasus. Untuk menghadapi kasus tersebut, Anda harus memiliki dana ekstra yang kerap disebut sebagai dana darurat.

"Wabah Covid-19 kian merajalela. Pastinya ibu rumah tangga harus waspada, wajib siapkan semua kebutuhan keluarga. Jangan lupa siapkan dana ekstra," ujar Perencana Keuangan dan Founder Channel Telegram Cerdas Keuangan Lisa Ekuiresa, dalam telegram pribadinya, Ahad.

Baca Juga

Dana ekstra di dalam perencanaan keuangan biasa disebut sebagai biaya tidak terduga atau dana darurat. Dana darurat adalah dana yang sebaiknya hanya dipakai saat situasi krisis terjadi (ada sesuatu hal yang tidak kita inginkan terjadi).

Di dalam perencanaan keuangan yang sehat, alokasi dana darurat ini wajib ada. Bahkan, setelah melunasi berbagai utang konsumtif, sebelum berinvestasi, seseorang sebaiknya menyiapkan dana darurat terlebih dulu.

Beberapa kasus yang memerlukan dana darurat antara lain seperti kondisi suami mendadak di-PHK dari kantor atau mengajukan resign atau ganti pekerjaan. Selain itu, kondisi orang tua atau mertua mendadak sakit yang membutuhkan biaya cukup besar dan tidak ditanggung BPJS atau asuransi swasta juga akan membutuhkan pembiayaan dari dana darurat.

Kondisi lainnya, adalah saat alat transportasi atau perabotan rumah tangga rusak dan perlu perbaikan segera. Selain itu, dana darurat juga dapat dipakai bila terjadi musibah dalam keluarga, kecelakaan dan bencana alam.

Idealnya, dana darurat disiapkan 3 sampai 12 kali lipat dari pengeluaran rutin bulanan, bergantung jumlah utang dan tanggungan. Untuk itu, ada lima saran keuangan yang perlu disesuaikan terkait kondisi ini.

Pertama, perbesar saldo dana cadangan darurat atau dana ekstra. Fokuskan tujuan keuangan saat ini untuk menambah porsi dana cadangan dalam bentuk yang likuid atau yang mudah untuk diuangkan. Sebaiknya, rekening dana darurat terpisah dari rekening pengeluaran bulanan.

Kedua, prioritaskan pos dana dan jaminan kesehatan. Saat ini, biaya di pos kesehatan sudah pasti membengkak.

Pos ini misalnya seperti untuk pengeluaran pola hidup sehat, membeli buah, sayur, vitamin, rempah-rempah, sabun cuci tangan atau hand sanitizer, juga untuk membayar premi jaminan kesehatan seperti BPJS atau asuransi swasta. Pastikan premi jaminan kesehatan selalu dibayar tepat waktu agar manfaat asuransi yang dimiliki bisa digunakan saat diperlukan.

Ketiga, sebaiknya kurangi atau bahkan setop dulu pos gaya hidup. "Dulu sebelum adanya wabah Covid-19, mungkin setiap akhir pekan kita jalan-jalan ke mal, nongkrong di kafe atau wisata ke luar kota bahkan ke luar negeri. Saat ini pos tersebut bisa disetop dulu. Alihkan semua kegiatan di rumah saja bersama keluarga," sarannya.

Keempat, hindari pembelian konsumtif dan impulsif atau berlebihan yang tidak perlu apalagi dengan cicilan atau pinjaman. Misalnya, jika dulu kerap berbelanja produk fashion di marketplace, saat ini bisa dikurangi dulu porsi belanjanya dialihkan untuk saran keuangan kelima di bawah ini. 

Tidak perlu juga melakukan panic buying atau belanja secara berlebihan seperti menimbun bahan makanan. Hal ini justru membuat keuangan akan semakin tidak tertata.

Kelima, maksimalkan pos zakat, infak dan sedekah (ZIS) atau pos amal. Kondisi saat ini, sangat berdampak kepada keadaan ekonomi beberapa masyarakat di sektor informal khususnya yang berpenghasilan harian seperti misalnya tukang ojek pengkolan atau online, pedagang dorongan, supir angkutan, buruh harian, dan lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement