Jumat 03 Apr 2020 22:55 WIB

Kasus Corona di Jepang Terus Naik, Rawat Inap Dibatasi

Pemerintah Jepang minta rawat inap diprioritaskan untuk pasien corona yang parah

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Pekerja medis mengecek kondisi pasien di RS. Pemerintah Jepang minta rawat inap diprioritaskan untuk pasien corona yang parah. Ilustrasi.
Foto: AP
Pekerja medis mengecek kondisi pasien di RS. Pemerintah Jepang minta rawat inap diprioritaskan untuk pasien corona yang parah. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO - Pemerintah Jepang menyatakan pada Jumat bahwa pihaknya telah mengimbau pemerintah daerah yang terdampak paling serius wabah Covid-19 agar menghemat ruangan di rumah sakit. Perawatan inap diprioritaskan bagi pasien dengan kondisi parah.

Sementara pasien yang mengalami gejala lebih ringan atau bahkan yang tidak menunjukkan gejala apapun bisa dirawat di rumah. Langkah ini memunculkan perhatian tentang tekanan terhadap sistem kesehatan Jepang.

Baca Juga

Hingga saat ini, Jepang masih menyediakan perawatan rumah sakit bagi seluruh pasien Covid-19 tanpa mengesampingkan gejala mereka. Namun, para pakar menyebut ranjang-ranjang rumah sakit kebanyakan menumpuk di ibu kota Tokyo dan kurang di kota lainnya.

Gubernur Tokyo Yuriko Koike sebelumnya menyebut pihaknya akan memprioritaskan keselamatan nyawa pasien yang berada dalam kondisi serius serta meminta masyarakat sehat untuk tetap tinggal di rumah. Jepang per hari ini melaporkan sebanyak total 2.617 kasus, menurut data mutakhir worldometers.info, sementara jumlah kasus corona secara global telah melampaui angka satu juta.

Tokyo adalah lokasi dengan kasus infeksi terbanyak di Jepang dengan catatan sebanyak 684 kasus. Angka tersebut relatif kecil jika dibandingkan dengan jumlah populasi yang menghuni kota itu sebanyak hampir 14 juta jiwa. Namun, para ahli mengkhawatirkan kenaikan persentase tersebut dari kasus-kasus yang saat ini belum dapat terlacak.

Menurut laporan Kantor Berita Jepang Kyodo, beberapa orang yang menghadiri pentas musik di Shibuya pada 20 Maret, berikut seorang penampil, dinyatakan positif Covid-19. Lokasi itu menambah jumlah klaster penularan corona per akhir Maret menjadi 26 lokasi, berdasarkan data Kementerian Kesehatan.

Kondisi demikian membuat sejumlah pihak meminta Perdana Menteri Shinzo Abe untuk mengumumkan status darurat nasional. Seruan itu salah satunya diungkapkan seorang miliarder pengusaha yang merupakan pemilik perusahaan perdagangan daring Rakuten, Hiroshi Mikitani.

"Bagaimana mungkin Anda mengatakan ini bukanlah situasi darurat? Bapak Abe, tolong nyatakan status darurat saat ini juga!" tulis Mikitani dalam cuitan di Twitter.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement