Jumat 03 Apr 2020 11:23 WIB

Interogasi Malaikat di Alam Kubur

Malaikat mencabut rohnya sebagaimana dia mencabut besi tusuk dari kain wol basah.

Red: A.Syalaby
Penjaga makam beraktifitas di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pondok Ranggon, Cipayung, Jakarta, Minggu (30/12).
Foto: Thoudy Badai_Republika
Penjaga makam beraktifitas di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pondok Ranggon, Cipayung, Jakarta, Minggu (30/12).

REPUBLIKA.CO.ID, Mati adalah keniscayaan bagi setiap makhluk. Khusus untuk manusia, mati membawa konsekuensi berupa partanggungjawaban atas apa yang dilakukan di dunia. Pertanggungjawaban ini dimulai sejak dia berada dalam alam kubur.

Imam Ibnu Qayyim al-Jauziy mengisahkan tentang proses seorang hamba yang kafir ketika nyawanya dicabut hingga mendapatkan pertanyaan di dalam kubur. Kisah ini diambil dari hadis al-Bara bin Azib.

Ketika itu, Nabi Muhammad SAW mendatangi mereka yang sedang mengurus jenazah di Baqi' al-Fardad. Rasulullah SAW berkata jika hamba itu menuju akhirat dan terputus dari dunia maka para malaikat turun kepadanya dengan wajah menghitam. Malaikat itu membawa kain tenun yang kasar.

Mereka duduk sejauh mata memandang. Malaikat pencabutnya datang hingga duduk di dekat kepalanya seraya berkata, "Hai jiwa yang kotor, keluarlah kepada kemurkaan Allah dan kemarahan-Nya."

Rohnya lantas berpencar-pencar di badannya. Malaikat itu pun mencabut rohnya sebagaimana dia mencabut besi tusuk dari kain wol yang basah. Jika malaikat pencabut nyawa sudah mengambil rohnya, malaikat lain tidak membiarkan roh itu ada di tangan malaikat pencabut nyawa sekejap mata pun hingga mereka meletakkannya di atas kain itu.

Kain itu mengeluarkan bau busuk seperti bau bangkai di bumi. Para malaikat membawanya naik. Mereka tidak melewati sekumpulan malaikat melainkan bertanya, "Apa bau yang busuk ini?"

Para malaikat yang membawa rohnya menjawab, "Dia fulan bin fulan." Sebutannya begitu buruk sebagaimana namanya dipanggil di dunia. Langit itu tidak terbuka ketika diminta untuk dibukakan baginya. Rasulullah SAW pun membacakan ayat, "Sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit, dan tidak (pula) mereka masuk ke surga hingga unta masuk ke lubang jarum." (QS al-Araf: 40).

Allah SWT berfirman, "Tulislah kitabnya di dalam penjara di bumi yang bawah." Rohnya dilemparkan dengan sekali lemparan. Nabi SAW kemudian membacakan ayat, "Dan barang siapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah maka seolah-olah ia jatuh dari langit lalu disambar oleh burung atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh." (QS al-Hajj: 31).

Rohnya lantas dikembalikan ke badan. Setelah itu, dua malaikat mendatanginya seraya bertanya, "Siapakah Rabbmu?" Dia menjawab, "Hah-hah, aku tidak tahu." "Siapakah orang yang diutus di tengah kalian ini?" tanya dua malaikat. "Hah-hah, aku tidak tahu," jawabnya.

Lalu, ada penyeru yang berseru dari arah langit. "Hamba-Ku ini telah berdusta. Maka bentangkanlah neraka baginya dan bukakanlah pintu yang menuju neraka."

Maka didatangkanlah kepada panas dan racun neraka dan kuburnya disempitkan hingga tulang-tulangnya terlepas. Dia didatangi seorang lelaki yang buruk wajahnya, buruk pakaiannya, dan mengeluarkan bau busuk, seraya berkata, "Terimalah kabar yang menyedihkanmu. Inilah hari yang dijanjikan kepadamu."

Hamba itu bertanya, "Siapa engkau? Wajahmu adalah wajah yang datang sambil membawa keburukan." Orang yang datang menjawab, "Aku adalah amalmu yang buruk." Hamba itu berkata, "Ya Rabbi, janganlah Engkau datangkan hari kiamat."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement