Kamis 02 Apr 2020 18:32 WIB

Kenaikan Harga Ayam Ras Picu Inflasi Kota Tasikmalaya

Angka itu hampir serupa dengan infasi di tingkat Provinsi Jawa Barat.

Rep: Bayu Adji P / Red: Agus Yulianto
Aktivitas pengunjung berbelanja ayam potong.
Foto: Republika/Edi Yusuf
Aktivitas pengunjung berbelanja ayam potong.

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Bank Indonesia (BI) merilis indeks harga konsumen (IHK) Kota Tasikmalaya pada Maret 2020 tercatat mengalami inflasi 0,317 persen (mtm), relatif stabil dengan bulan sebelumnya sebesar 0,320 persen (mtm). Angka itu hampir serupa dengan infasi di tingkat Provinsi Jawa Barat yang tercatat 0,31 persen (mtm), tapi jauh di atas inflasi nasional 0,10 persen (mtm). 

Kepala Kantor Perwakilan BI Tasikmalaya Herus Saptaji mengatakan, inflasi tahun berjalan Kota Tasikmalaya Maret 2020 tercatat 0,81 persen (ytd) dan inflasi tahunan adalah 2,16 persen (yoy). Artinya, inflasi fetap terjaga dengan baik di tengah tantangan penyebaran Covid-19.

"Tekanan inflasi di Kota Tasikmalaya terutama berasal dari telur ayam ras, emas perhiasan, beras, buncis, dan air kemasan," kata dia, dalan keterangan resminya, Kamis (2/4). 

Dia menjelaskan, kenaikan harga telur ayam ras yang juga terjadi secara nasional. Hal itu disebabkan meningkatnya permintaan sementara peternak menghadapi beberapa tantangan, seperti faktor cuaca yang menurunkan produktivitas ayam petelur.

Sementara, kenaikan harga beras disebabkan panen yang baru dilakukan pada akhir Maret. Diperkirakan, panen raya akan terjadi hingga April dan harga beras akan kembali stabil.

Selain makanan,  Heru mengatakan, kenaikan harga emas perhiasan yang juga menjadi penyumbang utama inflasi nasional. Sebab, fluktuasi harga emas dunia yang sempat meningkat tajam pada awal Maret 2020. 

"Di sisi lain, tekanan inflasi tertahan oleh penurunan harga pir, minyak goreng, wortel, kentang, dan cabai hijau, karena pasokan tercukupi sementara konsumsi rumah tangga melambat di tengah penerapan 'di rumah aja' sebagai upaya mencegah penyebaran covid-19. Dari 11 kelompok komoditas, sebanyak delapan kelompok terpantau stabil," kata dia.

Heru mengatakan, di tengah upaya bersama untuk melawan penyebaran Covid-19, peran serta seluruh masyarakat untuk menjaga jarak sosial dan tetap di rumah menjadi salah satu kunci utama untuk mencegah penyebaran virus. Adapun untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari, masyarakat dapat menggunakan jasa daring yang sudah diterapkan oleh berbagai pasar modern maupun pasar tradisional dan petani. 

"TPID se-Priangan Timur juga telah berkoordinasi untuk memfasilitasi penjualan online pada pasar tradisional di masing-masing daerah. Dengan demikian, keseimbangan permintaan dan penawaran tetap terjaga sehingga tingkat harga tetap rendah dan stabil," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement