Kamis 02 Apr 2020 16:45 WIB

PP Muhammadiyah: Muliakan Jenazah Pasien Corona

PP Muhammadiyah menyayangkan ada penolakan jenazah pasien corona.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Muhammad Hafil
PP Muhammadiyah: Muliakan Jenazah Pasien Corona. Foto: Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir.
Foto: Dokumen.
PP Muhammadiyah: Muliakan Jenazah Pasien Corona. Foto: Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir, menyayangkan penolakan jenazah pasien Covid-19. Ia menegaskan, pasien meninggal akibat Covid-19 saudara kita yang harus diperlakukan dengan penuh penghormatan.

"Mereka berhak dimakamkan di manapun di negerinya sendiri. Bumi ini di manapun merupakan milik Allah SWT untuk kepentingan bersama umat manusia," kata Haedar, Kamis (2/4).

Baca Juga

Ia menekankan, jenazah korban Corona atau Covi-19 bahkan karena darurat kesehatan dimakamkan secara terbatas tanpa diantar keluarga dan kerabat. Karenanya, Haedar menegaskan jika mereka layak diperlakukan dengan mulia.

Haedar menuturkan, Tarjih Muhammadiyah menilai pasien Covid-19 meninggal duniasebelumnya telah berikhtiar dengan penuh keimanan untuk mencegah dan atau mengobatinya. Jadi, mendapat pahala seperti pahala orang mati syahid.

Ia mengingatkan, Abu Hurairah meriwayatkan Rasulullah SAW bersabda orang syahid itu ada lima. Terkena wabah penyakit, karena sakit dalam perutnya, tenggelam, tertimpa reruntuhan bangunan, dan orang syahid di jalan Allah.

Untuk itu, jika pemerintah dan pihak-pihak terkait telah tetapkan makam bagi jenazah Covid-19 sesuai protokol, sebaiknya warga tidak menolak penguburan. Apalagi, meminta jenazah yang sudah dimakamkan dibongkar dan dipindahkan.

"Hal itu tidak mencerminkan umat beragama dan warga bangsa yang cinta sesama," ujar Haedar.

Mereka yang positif Covid-19 harus disikapi baik. Jika dikarantina di satu lokasi atau karantina mandiri di kediamannya jangan ditolak warga. Aparat setempat harus bijak memahamkan warga dan jangan ada yang malah menolak.

Haedar meminta semua berkorban dan menunjukkan keluhuran sikap kemanusiaan dan kebersamaan. Warga yang menolak diberi pemahaman karena mungkin terlalu panik, belum mengerti, jadi peran tokoh dan pemuka agama setempat sangat penting.

Ia berharap, setelah diberikan pemahaman berubah. Saat ini, Haedar mengimbau masyarakat Indonesia benar-benar berjiwa sosial, gotong royong, dan religius terhadap sesama.

Apalagi, kata Haedar, kepada korban Covid-19 yang meninggal dan keluarganya, yang semestinya kita berempati dan membantu. Sikap berlebihan justru tidak menunjukkan keluhuran budi dan solidaritas sosial.

"Yang selama ini jadi kebanggaan bangsa Indonesia. Saatnya bangsa Indonesia bersatu lawan Corona," kata Haedar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement