Rabu 01 Apr 2020 11:38 WIB

Cegah Corona, Ini Empat Jenis Masker yang Biasa Digunakan

Masker kain bisa digunakan masyarakat yang sehat ketika berada di tempat umum.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ratna Puspita
Pekerja menyelesaikan pembuatan masker kain. Masker wajah bisa digunakan untuk mencegah virus corona SARS-CoV2 (Covid-19), yaitu masker kain, masker bedah, masker N95, dan masker respirator.
Foto: ANTARA/adeng bustomi
Pekerja menyelesaikan pembuatan masker kain. Masker wajah bisa digunakan untuk mencegah virus corona SARS-CoV2 (Covid-19), yaitu masker kain, masker bedah, masker N95, dan masker respirator.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masker wajah bisa digunakan untuk mencegah virus corona SARS-CoV2 (Covid-19). Ada empat jenis masker yang biasa dipakai yaitu masker kain, masker bedah, masker N95, dan masker respirator.

"Jenis-jenis masker di antaranya masker kain, masker bedah, masker N95, dan masker respirator wajah atau masker yang menutupi seluruh muka," ujar Dokter spesialis paru Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan Erlina Burhan saat video conference bertema Protokol Menggunakan Masker di akun youtube Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Rabu (1/4).

Baca Juga

Ia menjelaskan, masker kain bisa digunakan masyarakat yang sehat ketika berada di tempat umum. Namun, dia melanjutkan, masker ini tidak bisa sepenuhnya memproteksi semua partikel termasuk droplet dan airborne. 

Ia mengungkap 40 sampai 90 persen partikel kecil dapat menembus masker jenis kain. "Artinya masker kain melindungi droplet partikel besar, bukan yang kecil yaitu partikel ukuran 3 mikron bisa 10-60 persen. Jadi idealnya dikombinasikan dengan pelindung wajah dan tetap menjaga jarak 1 meter karena tidak bisa memproteksi," katanya.

Karena itu, ia menyarankan masker ini tidak digunakan para tenaga medis. Kendati demikian, ia menyebutkan masker kain memiliki kelebihan bisa dipakai berulang kali tetapi dicuci dengan detergen dan air panas karena bisa mematikan virus. 

Sementara itu ia mengungkap masker bedah bisa digunakan masyarakat kalau mengalami flu, influenza, batuk, nyeri tenggorokan, atau dipakai tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan. Ia mengakui masker ini memang melindungi droplet, tetapi tidak bisa dipakai melindungi partikel aerosol dan airborne.

Selain itu, efektivitasnya memfiltrasi 30 hingga 95 persen partikel berukuran 0,1 mikron. Kendati demikian, ia menyebutkan, masker ini memiliki risiko kebocoran kiri dan kanan sisi masker karena tidak sempurna menutupi wajah, hanya bisa digunakan sekali pakai.

"Apalahi kalau sudah basah maka masker jenis ini diganti," ujarnya.

Kemudian masker jenis N95 digunakan tenaga medis yang kontak langsung, erat, dan dekat dengan orang positif Covid-19. Ia mengakui masker ini melndungi 95 persen terpapar partikel hingga ukuran 0,1 mikron lewat droplet, aerosol, dan airborne.

"Artinya tidak ada kebocoran kalau dipakai dengan baik. Makanya tenaga medis disarankan memakai masker N95," ujarnya.

Karena itu, dia menambahkan, kalau terjadi kelangkaan maka masker N95 yang lama bisa dipakai berulang, tetapi dengan cara khusus. Yaitu, setelah dipakai kemudian dijemur di bawah sinar matahari selama 3-4 hari sehingga virus bisa mati.  Namun, ia meminta hal itu dilakukan kalau stok masker memang sangat sedikit. 

Sementara itu, ia menambahkan, masker respirator wajah bisa bisa digunakan di daerah yang terpapar gas. Karena itu, masker ini biasanya di kawasan industri yang ada gas berbahaya karena bisa memfiltrasi 0,1 sampai 99 mikron partikel lewat droplet maupun aerosol.

"Jadi nyaris 100 persen tidak ada kebocoran tetapi harus dibersihkan dengan disinfektan dengan benar," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement