Rabu 01 Apr 2020 06:49 WIB

Puluhan Ribu Perantau Jatim Mudik Lebaran Lebih Awal

Mudik tak hanya melibatkan antarprovinsi, tapi juga mudik lokal antar kabupaten/kota.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Ratna Puspita
Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa.
Foto: Dokumen.
Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengakui terus bertambahnya warga setampat di perantauan yang melakukan mudik lebaran lebih awal, setelah mewabahnya virus corona atau Covid-19. Khofifah mengakui, mudik lebih awal tersebut tidak hanya melibatkan antarprovinsi, tapi juga mudik lokal, yakni antarkabupaten/kota di Jatim.

Khofifah mengungkapkan jumlah penumpang bus yang masuk ke Jatim pada periode 16 hingga 29 Maret 2020 yang menembus angka 25.450 orang. Bahkan, dia mengakui, dalam sehari, jumlah penumpang bus yang masuk ke Jatim mencapai 7.635 orang. 

Baca Juga

"Kalau saat ini kira-kira 25.450 ditambah 15 ribuan (perkiraan tambahan 30-31 Maret) untuk pemudiknya," ujar Khofifah saat konferensi pers di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Selasa (31/3).

Artinya, lanjut Khofifah, apabila ditaksir, jumlah pemudik dari luar provinsi yang masuk ke Jatim sekitar 40 ribu orang, pada periode 16 hingga 31 Maret 2020. Sementara untuk pemudik lokal, Khofifah memperkirakan, jumlahnya sebanyak 50.790 orang. Kebanyakan dari mereka merupakan driver ojek online hingga sopir taksi.

"Tapi juga ternyata dari pekerja tranportasi mereka semacam ojol, sopir taksi terkonfirmasi 169.300 yang sudah mudik 50.790. Beberapa pekerja transportasi publik yang sudah mudik duluan, mungkin mereka jadi driver ojol di mana kemudian pulang ke mana. Tapi ini Jatim ke Jatim itu ada 50.790 orang," ujar Khofifah.

Khofifah melanjutkan, di tengah mewabahnya vorus corona atau Covid-19, kepala desa atau lurah di Jatim diminta aktif menyikapi fenomena mudik lebaran lebih awal tersebut. Bahkan, sebagian dari mereka telah membuat peraturan kepada warganya yang baru saja pulang dari luar daerah untuk wajib lapor.

"Misal dari Surabaya pulang ke Jombang mereka harus lapor mulai RT/ RW/ Lurah. Sehingga tercatat mobilitas warganya," kata Khofifah.

Wajib lapor ini, kata Khofifah, sangat penting dalam antisipasi penyebaran Covid-19. Misalnya, ada warga yang terjangkit virus, maka bisa langsung dilacak oleh Dinas Kesehatan setempat, apakah ada penularan dari pemudik atau faktor lain.

Atau, mungkin pemudik itu positif maka bisa dilacak pergerakannya dan diperiksa orang sekitarnya. "Itu juga untuk kepentingan tracing yang bisa lebih mudah dan cepat. Koordinasi sudah nyambung," kata Khofifah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement