Selasa 31 Mar 2020 19:34 WIB

Deretan Ulama Kedokteran Islam yang Berjasa untuk Dunia

Ulama Islam Abad Pertengahan berjasa untuk kedokteran dunia.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Nashih Nashrullah
Ulama Islam Abad Pertengahan berjasa untuk kedokteran dunia. Praktik kedokteran Islam tempo dulu (ilustrasi).
Foto: wordpress.com
Ulama Islam Abad Pertengahan berjasa untuk kedokteran dunia. Praktik kedokteran Islam tempo dulu (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sejarah mencatat zaman keemasan penemuan ilmiah di dunia Islam. Pertumbuhan Islam di abad ke-7 telah mendorong era keemasan sains, yang pada akhirnya mendorong batas-batas ke tingkat yang baru. 

Namun, dampak peradaban Islam pada ilmu pengetahuan, teknologi, dan kedokteran antara tahun 800 dan 1450 kerap dilupakan. Masyarakat modern umumnya mengagungkan gagasan bahwa kemajuan di bidang ilmu pengetahuan pada dasarnya bersifat Barat.

Baca Juga

Peristiwa Renaissance dan Masa Pencerahan di Eropa kerap menjadi pusat diskusi ketika berbicara tentang asal-usul di bidang ilmu pengetahuan. 

Referensi Barat dalam pelopor sains seperti Newton, Darwin, dan Einstein, kerap dihormati untuk karya-karya mereka.

 

Padahal, di dunia Arab dan Muslim sendiri, terdapat penemuan-penemuan yang sepatutnya juga mendapatkan representasi yang adil. 

Dunia Arab dan Muslim dipenuhi dengan para ilmuwan yang membantu memajukan bidang kedokteran. Bidang kodokteran, khususnya, tidak akan terbentuk sedini mungkin tanpa kiprah para cendekiawan Muslim itu.

Para cendekiawan Muslim telah menulis tentang teori evolusi sekitar 900 tahun sebelum ilmuwan Barat yang dikenal dengan teori evolusinya, Charles Darwin, lahir. Dengan penyebaran Islam selama abad ke-7, terbentang pula bahasa Arab.

Para cendekiawan Arab dikenal karena menerjemahkan karya-karya filosofis dan ilmiah dari bahasa Yunani, Suriah, Pahlavi, dan Sanskerta ke dalam bahasa Arab. Dokter Muslim juga menerjemahkan teks-teks dokter Yunani dan Romawi.

Meningkatnya terjemahan teks ke dalam bahasa Arab muncul dengan berdirinya Rumah Kebijaksanaan di Baghdad, Irak, pada 830 Masehi. 

Rumah yang didirikan khalifah al-Mamun itu menjadi pusat studi bagi para cendekiawan. Bahasa Arab kala itu menjadi lidah yang paling berharga bagi ilmu pengetahuan selama berabad-abad dan banyak penelitian telah terungkap.  

Selama abad ke-11, edisi-edisi Arab ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan diedarkan ke seluruh Eropa. Seandainya tidak demikian, siapa yang tahu di mana Eropa akan berdiri dalam  hal sains dan filsafat.

Selain pertumbuhan bahasa, para cendekiawan Arab dan Muslim juga meninggalkan penemuan mereka di berbagai bidang ilmiah, seperti matematika, astronomi, kimia dan kedokteran.

Para dokter dan cendekiawan Arab membuka jalan bagi kemajuan medis, baik dalam hal teknik dan pembentukan struktur yang saat ini dilihat di rumah sakit modern. Salah satu contohnya adalah penggunaan alkohol sebagai antiseptik.  

Di antaranya adalah Ibnu Sina pada periode 980 sampai 1037. Dalam bukunya yang revolusioner, The Canon of Medicine, ilmuwan Persia ini memperkenalkan metode perancangan obat-obatan canggih yang dianggap oleh para cendekiawan beberapa abad ke depan dari masanya.  

Teknik, praktik, dan gagasannya berkontribusi secara besar pada apa yang dikenal sekarang sebagai pengobatan Barat. Bukunya juga digunakan sebagai buku teks medis standar untuk dokter-dokter Eropa hingga abad ke-17. 

photo
Cautery dalam dunia kedokteran Islam (ilustrasi). - (muslimheritage.com)

 

Selanjutnya, ada dokter Muslim yang dikenal pada periode 936-1013. Al-Zahrawi kala itu menjadi perintis Arab yang mendirikan fondasi dari pelaksanaan operasi modern yang sangat berpengaruh di Barat. Banyak instrumen dan teknik bedah inovatifnya masih digunakan hingga hari ini.

Al-Zahrawi menemukan jarum suntik, forsep (forceps), kait dan jarum bedah, gergaji tulang, dan pisau bedah lithotomy. Dia juga menemukan perawatan bedah untuk uretra, telinga, dan kerongkongan. 

Dia adalah dokter pertama yang menggambarkan kehamilan ektopik dan mengidentifikasi sifat genetik hemofilia. Dia juga menulis sebuah ensiklopedia 30-volume dari praktik medis yang disebut Kitab Al-Tasrif.

Kemudian, sejarah Islam juga mencatat Ibn Al-Nafis, seorang tabib Arab abad ke-13 yang menulis tentang sirkulasi darah 300 tahun sebelum ini mencapai Barat. 

Adapula Ibn Al-Haytham, perintis asal Irak yang dianggap sebagai ahli fisika eksperimental pertama. 

Ibn Al-Haytham dikenal karena membangun metode ilmiah modern untuk membuat hipotesis dan menjalankan eksperimen lebih dari 150 tahun sebelum para ilmuwan Eropa mengetahuinya. 

Al-Haytham menulis secara luas tentang universalitas sains dan perlunya memberikan bukti empiris dan bukti untuk teori-teori ilmiah melalui eksperimen yang dia lakukan sendiri.  

Meskipun dia berkontribusi pada berbagai disiplin ilmu, namun pencapaian terbesarnya adalah membangun optik modern dalam buku berjudul Book of Optics atau Kitab Al-Manadhir. Dia menjelaskan dengan benar untuk pertama kalinya dalam sejarah bagaimana proses penglihatan terjadi, yang dia buktikan melalui eksperimennya.  

Dalam artikel yang ditulis Leyal Khalife di Step Feed, seperti dilansir pada Selasa (31/3), disebutkan bahwa banyak rumah sakit pertama dan paling maju pada abad ke-8 yang muncul di kota-kota Arab, terutama di Baghdad dan Kairo. Kala itu sebuah rumah sakit dibangun pada tahun 805. Pada tahun itu juga dibangun tempat baik sekolah kedokteran dan perpustakaan.  

Namun, perumahan itu berbeda dari model rumah sakit Kristen abad pertengahan yang tujuannya untuk merawat pasien secara medis. Rumah sakit di era Islam abad ke-8 itu bukan hanya merawat pasien. Selanjutnya, adapula pusat medis lain, yakni Rumah Sakit Ahmad ibn Tulun, yang didirikan pada tahun 872 di Kairo, Mesir. 

Rumah sakit ini sebagian besar sekuler, artinya mereka memberikan bantuan kepada siapa saja yang membutuhkan. Rumah sakit sejenis kemudian didirikan di negara-negara Muslim lainnya.  

Di al-Qayrawan, ibu kota Arab Tunisia, sebuah rumah sakit dibangun pada abad ke-9. Kemudian, rumah sakit yang lain didirikan di Makkah dan Madinah di Arab Saudi.  

Rumah sakit Ottoman tumbuh di Turki pada abad ke-13. Akan tetapi ketika sampai pada pendirian rumah sakit di Spanyol di era Islam, misalnya, mereka relatif terlambat. Rumah sakit paling awal yang dibangun di sana adalah pada 1397 di Granada.

Para cendekiawan Muslim sejatinya telah memberikan kontribusi dan kiprah, khususnya di bidang kedokteran. 

Akan tetapi, seiring waktu banyak kemajuan di bidang itu selama berabad-abad telah menghapus metode lama. Namun demikian, sejarah Islam di bidang kedokteran tetaplah penting untuk diketahui.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement