Selasa 31 Mar 2020 13:18 WIB

DBD di Bantul Merebak di Tengah Wabah Corona

Pada tahun 2019 angka kasus DBD di Bantul mencapai 1.424 kasus.

Infografis Demam Berdarah Dengue
Foto: Republika
Infografis Demam Berdarah Dengue

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Kasus demam berdarah dengue di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), merebak di saat pemerintah setempat sedang berjuang menghadapi pandemi virus corona (COVID-19).

Kepala Bidang Pengendalian Penyakit Dinkes Bantul Sri Wahyu Joko Santosa mengatakan, di tengah kesibukan menghadapi COVID-19 sebenarnya masih ada penyakit lain yang disebabkan oleh virus. Penyakit tersebut setiap tahun selalu menghantui wilayah DIY, termasuk Bantul.

"Penyakit yang susah untuk dihilangkan sama sekali ini adalah 'dengue haemoraghicfever' atau lebih dikenal demam berdarah dengue. Virus dengue yang dibawa oleh nyamuk menyebabkan penyakit yang angka kasusnya juga tinggi," kata Wahyu, Selasa (31/3).

Menurut dia, merebaknya kasus DBD tersebut lebih banyak dipengaruhi oleh cuaca dan kondisi kebersihan lingkungan yang masih banyak tempat-tempat perindukan nyamuk.

Dia menjelaskan, pada tahun 2019 angka kasus DBD di Bantul mencapai 1.424 kasus. Pada tahun 2020 prediksinya adalah siklus lima tahunan dari DBD.

Sampai Maret ini kasus yang terlaporkan dan tercatat di Dinkes Bantul sejumlah 416 kasus dan belum ada laporan kematian. "Angka tersebut agak lebih tinggi dibanding dengan periode yang sama tahun 2019, yaitu 353 kasus," katanya.

Dengan adanya kasus COVID-19 saat ini dan adanya keresahan di masyarakat tentang kasus DBD, Dinkes mengharapkan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di masing-masing rumah yang dilakukan oleh penghuni rumah itu sendiri dan tetap dilakukan secara rutin.

"Mengubur, menguras dan menutup tempat-tempat yang bisa dijadikan berkembang biaknya nyamuk aedes aegypti merupakan tindakan terbaik untuk memberantas DBD," kata Wahyu yang ditunjuk sebagai Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Bantul ini.

Dia juga mengharapkan, meskipun anjuran tetap tinggal di rumah dan menjaga jarak saat berinteraksi dengan orang lain, tidak menghambat dilakukannya pemantauan dan pemberantasan jentik nyamuk aedes aegypti.

"Mari kita tetap waspada, jangan sampai kita terlena dengan keresahan dan kepanikan. Berhati-hati dan perhatikan juga kesehatan lingkungan kita. 'Kita Sehat Kita Bisa'," kata dokter Oky, sapaan akrabnya.

Data dari Dinkes Bantul menyebutkan urutan lima kecamatan endemis DBD sampai Maret, yaitu Kecamatan Bantul 50 kasus, Sewon (49 tahun), Pandak (39 tahun), Imogiri (35 tahun) dan Bambanglipuro (33 tahun). Sedangkan kecamatan yang biasanya endemis tinggi, yaitu Kasihan ada 20 kasus dan Banguntapan 16 kasus.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement