Selasa 31 Mar 2020 02:00 WIB

Keindahan Cincin Jadi Kebanggaan Para Penguasa Islam   

Cincin menjadi prestise tersendi dalam sejarah peradaban Islam.

Cincin menjadi prestise tersendi dalam sejarah peradaban Islam.  Ilustrasi cincin
Foto: Republika/Friska Yolandha
Cincin menjadi prestise tersendi dalam sejarah peradaban Islam. Ilustrasi cincin

REPUBLIKA.CO.ID, Pada masa Abbasiyah, ada semacam tradisi pewarisan cincin dari seorang khalifah kepada generasi penerusnya. Salah satu contoh yang terkenal adalah Khalifah Harun al-Rasyid yang mengenakan cincin yang sebelumnya dipakai kakeknya, Al- Mansur, sang pendiri Baghdad.

Marilyn Jenkins dan Manuel Keene dalam buku Islamic Jewelry in the Metropolitan Museum of Art mengungkapkan, semasa Dinasti Safawiyah berkuasa (1501-1736), ada beberapa jenis cincin yang dikenal oleh masyarakat Persia dan sekitarnya. Antara lain berupa cincin meterai dan cincin bertakhtakan batu permata putih atau hijau. “Cincin dengan permata putih biasanya dikenakan pada tangan kanan laki-laki,” ungkap Jenkins dan Keene.

Seni membuat perhiasan pada masa Dinasti Ottoman mencapai puncaknya pada abad ke-16. Ketika itu, emas dan batu mulia tidak hanya digunakan untuk aksesori yang dikenakan pada anggota tubuh, tetapi juga sebagai “pemanis” berbagai barang yang dapat dijumpai sehari-hari. Mulai dari sampul buku, peralatan rumah tangga, senjata, dan masih banyak lagi.

Perhiasan tersebut diproduksi langsung di istana ataupun di bengkel-bengkel yang berada di tempat lainnya. Sebuah dokumen kerajaan yang berasal dari tahun 1526 mengungkap, ada 90 perajin perhiasan yang bekerja di lingkungan istana Ottoman semasa pemerintahan Sultan Sulaiman I al-Qanuni.

 

Para perajin Ottoman umumnya lebih menonjolkan sifat batu dan logam yang mereka gunakan dalam membuat perhiasan. Karakteristik alami batu rubi dan zamrud menjadi corak aksesori pada waktu itu, termasuk juga cincin yang dipakai oleh kalangan istana.

“Ketika tambang batu meningkat selama ekspansi yang dilakukan Ottoman, produksi perhiasan juga ikut meningkat,” jelas pakar kebudayaan Turki, Aygün Ülgen, dalam artikel “The Art of Jewelry in the Ottoman Court” seperti dikutip Turkish Cultural Foundation.

Cincin meterai bertakhtakan permata berharga, seperti rubi dan zamrud, sangat digemari perempuan-perempuan Ottoman. Selain itu, cincin berhiaskan batu semimulia, seperti akik, kecubung, dan giok juga banyak diminati. Kaum perempuan Ottoman biasanya mengenakan cincin tersebut pada satu atau beberapa jari tangan mereka. 

“Desain yang sekarang ini dikenal sebagai divanhane civisi merupakan gaya cincin warisan Dinasti Ottoman. Cincin dengan model ini memiliki beberapa lapisan berlian yang membentuk pola menyerupai bunga mawar,” ujar Ulgen lagi

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement