Senin 30 Mar 2020 15:01 WIB

APD Kurang, Pak Rektor Bikin Sendiri

Kekurangan APD mengancam keselamatan tenaga medis,

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Fitriyan Zamzami
Rektor UII Fathul Wahid bersama keluarga mengerjakan APD swadaya. (Agus Utantoro/Istimewa)
Foto: facebook
Rektor UII Fathul Wahid bersama keluarga mengerjakan APD swadaya. (Agus Utantoro/Istimewa)

REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Pandemik Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) di Indonesia membuat alat pelindung diri (APD) menjadi kebutuhan utama dokter dan tenaga medis. Sayangnya, saat dibutuhkan seperti ini ketersediaan APD justru langka.

Padahal, APD merupakan modal penting bagi dokter dan tenaga medis ketika menangani pasien Covid-19 sesuai pedoman World Health Organization (WHO). Kelangkaan itu turut dirasakan sejumlah rumah sakit di Di Yogyakarta.

Sulitnya mendapatkan APD turut dirasakan RS-RS di Kabupaten Sleman. Bahkan, banyak yang harus menggalang donasi masyarakat untuk pengadaan APD berupa masker bedah, masker N-95, kaca mata atau pelindung wajah.

photo
Paramedis mengenakan APD rumahan buatan keluarga Rektor UII Fathul Wahid. - (facebook)

Kurangnya ketersediaan APD membuat dokter dan tenaga medis rentan terinfeksi ketika menangani pasien Covid-19. Sebab, APD merupakan alat kelengkapan yang wajib digunakan demi menjaga keselamatan pekerja itu dan lingkungannya.

Melihat tingginya kebutuhan APD, Rektor Universitas Islam Indonesia, Prof Fathul Wahid bersama istri Dr Nurul Indarti dan kedua anaknya berinisiatif membuat pelindung wajah. Pembuatan dilakukan di sela-sela kegiatan mereka.

Dalam lima jam, kata Fathul, di sela mereka bekerja atau belajar di rumah, keluarga ini mampu memproduksi 35 unit pelindung wajah. Sedangkan, 15 unit pelindung wajah lain sedang dalam proses. "Insya Allah, besok dapat didistribusikan 100-an," kata Fathul.

Pelindung wajah itu dinamai Tim57 karena dibuat di Jalan Timoho 5 Nomor 7. Mulai Kamis (26/3) lalu, Tim57 telah rapi dan siap diambil RS Jogjakarta International Hospital (JIH) dan akan dibagi ke RS PDHI dan rumah sakit-rumah sakit lainnya milik UII, jika memungkinkan.

"Dengan ukuran 28×28 berbahan mika hanya diperlukan Rp 5.000-an per unit," ujar Guru besar Bidang Ilmu Sistem Informasi UII tersebut. Fathul menegaskan, pelindung wajah yang diproduksinya ini tidak diperjual belikan. Tapi, diberikan ke rumah sakit, puskesmas dan klinik yang selama ini memang membutuhkannya sebagai donasi.

"Ada uang tapi kalau tidak ada barang, akan repot," kata Fathul. Bersama keluarganya, mereka melayani permintaan APD dengan semampunya. Sejauh ini, mereka sudah menerima pesanan dari rumah sakit, puskesmas dan klinik baik yang ada di DIY dan di luar DIY.

Selain itu, Fathul turut membagikan video tutorial yang telah dibuatnya selama proses pembuatan pelindung wajah Tim57 tersebut. Ia turut mengajak mahasiswa-mahasiswanya dan rekan-rekannya untuk ikut memproduksi sendiri. n

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement