Senin 30 Mar 2020 13:02 WIB

Pengusaha Beras Usul Karantina Wilayah daripada Lockdown

Menurut pengusaha, istilah lockdown yang berarti 'mengunci' terkesan menakutkan.

Aktivitas di gudang beras. Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) mengusulkan kepada Pemerintah agar lebih memilih opsi karantina wilayah ketimbang lockdown.
Foto: Republika/Febrian Fachri
Aktivitas di gudang beras. Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) mengusulkan kepada Pemerintah agar lebih memilih opsi karantina wilayah ketimbang lockdown.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para pengusaha beras yang tergabung dalam Perpadi (Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras) mengusulkan kepada pemerintah agar lebih memilih opsi karantina wilayah dibanding lockdown. Apabila pemerintah terpaksa melakukan karantina, sebaiknya yang dilakukan adalah karantina wilayah, bukan lockdown.

Wakil Ketua Umum Perpadi, Billy Haryanto, mengatakan, dengan karantina wilayah, distribusi logistik seperti beras masih bisa terus berjalan. "Sebaiknya karantina wilayah saja karena distribusi beras masih bisa berjalan. Kalau lockdown, masyarakat tidak bisa ke mana-mana dan di rumah saja," katanya di Jakarta, Senin (30/3).

Baca Juga

Billy mengatakan, karantina wilayah hanya membatasi pergerakan orang dari satu wilayah ke wilayah lainnya dan tidak membatasi pergerakan distribusi barang. "Jadi, di perbatasan wilayah nantinya para sopir truk yang membawa beras tinggal menunjukkan kartu pas," katanya.

Keberlangsungan pedagang beras, menurut Billy, menjadi penting saat situasi krisis seperti sekarang ini. Pasalnya, peredaran beras di Jabodetabek 98 persen dipegang pelaku swasta. 

Selain itu, banyak pekerja informal yang menggantungkan hidupnya dari distribusi beras. "Kecuali Bulog yang dikelola BUMN yang pegang mau di-lockdown juga enggak masalah. Harus diingat, perhatikan kuli di Pasar Cipinang rata-rata dari luar DKI, (seperti) Serang dan Karawang," katanya.

Berbeda apabila pemerintah memberlakukan lockdown, pengusaha beras di daerah tidak akan mengirimkan berasnya ke Jakarta karena mereka khawatir beras tidak akan masuk akibat pemberlakuan karantina total. Selain itu, diksi lockdown, menurut Billy, terkesan menakutkan bagi masyarakat

"Lockdown kan 'dikunci total'. Sopir-sopir truk yang membawa beras takut bila statusnya lockdown karena beras tidak akan masuk. Arus logistik jadi terganggu, dan kalau dengar kata lockdown, masyarakat jadi takut," katanya.

Menurut dia, distribusi beras menjadi sangat penting karena di Pasar Induk Beras Cipinang, ketersediaan beras hanya cukup untuk 25 hari mendatang. "Stok beras di Pasar Induk Cipinang cukup untuk 25 hari," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement