Senin 30 Mar 2020 05:33 WIB

Cerita WNI di Jeddah Saat Arab Saudi Ditutup karena Corona

Pernyataan Raja Salman membuat rakyat dan ekspatriat tenang dan nyaman.

Suasana Arab Saudi setelah diberlakukan jam malam.
Foto: Saudi gazette
Suasana Arab Saudi setelah diberlakukan jam malam.

REPUBLIKA.CO.ID, Desas desus tentang virus corona sudah beberapa waktu lalu kami dengar. Berita tentang Kota Wuhan terus menjadi headline media internasional.

Kami, expatriat Indonesia yang bermukim di Kota Jeddah biasa-biasa saja menanggapi berita itu. Kegiatan kami di Indonesian Islamic International School (IIIS) Jeddah berjalan seperti hari-hari biasa hingga adanya berita tentang ditutupnya sekolah-sekolah di Kuwait dan Bahrain.

Beberapa hari setelah itu tepatnya tanggal 3 Maret 2020 Ministry of Education Arab Saudi mengirimi kami petunjuk pencegahan. Kami langsung memberikan penyuluhan kepada siswa dan menempelkannya di beberapa bagian gedung sekolah.

Sebelum jam sekolah berakhir, kami diminta melaporkan kesiapan sekolah menghadapi wabah ini. Menyangkut pengetahuan siswa tentang covid-19 dan ketersediaan alat pencegahan yang dibutuhkan.

Hanya berselang lima hari, Ministry of Education mengirimi instruksi untuk menutup sekolah dan melaksanakan KBM jarak jauh. Beberapa hari setelah itu lockdown diberlakukan. Semua aktifitas publik dihentikan. Bukan saja sekolah, mall, pasar, airport, semua pusat keramaian, beberapa kantor pemerintah dan sebagian besar bank ditutup. Yang buka hanya pharmacy dan grocery. Tidak ada kegaduhan. Tidak ada 'panic buying'. Semua patuh dalam satu komando.

Meningkatnya jumlah pasien covid-19 mengharuskan pemerintah melakukan jam malam. Dalam keadaan yang mencekam Pelayan Dua Kota Suci, Raja Salman bin Abdul Aziz menyampaikan pernyataan yang membuat rakyat dan juga seluruh expatriat dari berbagai warga negara merasa tenang dan nyaman.

Bersyukur kami ikut merasakan berkah negeri ini. Tapi dari hati yang paling dalam kegelisahan terus menyelimuti. Kabar duka dari tanah air Indonesia tentang para dokter dan nakes yang menjadi korban terus bertambah.

Dokter, perawat dan tenaga medis lainnya adalah garda terdepan dalam perang melawan covid 19. Mereka bekerja tanpa kenal letih, tanpa kenal lelah. Rakyat gelisah, rakyat khawatir jika mereka terus berjatuhan, siapa yang akan menolong?

Dalam cemas dan harap rakyat berdoa. Hari ini berita tentang disediakannya akomodasi berupa hotel dan berbagai pelayanan lainnya bagi dokter dan nakes oleh gubernur DKI, Anies Baswedan membuat hati ini lega. Dukungan masyarakat pun terus mengalir.

Ini terjadi karena digerakkan oleh hati. Dari hati pemimpin yang tergerak melakukan ini, akhirnya sampai pada hati rakyat yang dalam harap-harap cemas. Pemimpin adalah hulu, kami rakyat adalah muaranya.

-- Jeddah, 26 Maret 2020

PENGIRIM: DR Elly Warti Maliki, MA, Pendiri dan Kepala Sekolah Islam Indonesia di Jeddah

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement