Ahad 29 Mar 2020 21:11 WIB

Memaknai Ujian Wabah Corona, dalam Bait Sair Rumi Sang Sufi

Jalaluddin Rumi menuliskan puisi-puisi dalam memakna ujian.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Nashih Nashrullah
Jalaluddin Rumi menuliskan puisi-puisi dalam memakna ujian. Berdoa (Ilustrasi)
Foto: Republika
Jalaluddin Rumi menuliskan puisi-puisi dalam memakna ujian. Berdoa (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pandemi Corona yang melanda secara luas di tingkat global, merupakan salah satu bentuk ujian dari Allah SWT. Sebagai hamba yang beriman, tentu penting membaca pandemi ini sebagai sebuah ujian yang mesti dihadapi.

Tokoh maestro sufi Jalaluddin Rumi dikenal dengan karya-karya puisinya yang menakjubkan tentang Tuhan. Salah satu puisi sufi juga seolah membangunkan semangat di kala hati dan jiwa tertimpa kesulitan.

Baca Juga

Dalam buku Belajar Hidup dari Rumi karya Haidar Baghir disebutkan, Jalaluddin Rumi menggambarkan bagaimana harusnya manusia menjalani kesulitan dalam ujian yang diberikan Allah. Sebab adanya ujian itu merupakan jalan untuk menguatkan bagi manusia itu sendiri. Rumi menjabarkannya dalam puisi sebagaimana berikut:

Wujud manusia adalah rumah penginapan

Setiap pagi tamu baru

Kegembiraan, kesumpekan, kekejaman

Kadang kesadaran-kesadaran sesaat tiba sebagai tamu kejutan

Sambut dan jamu semua

Bahkan jika itu tumpukan kesedihan,

Yang ganas sapu semua perkakas rumahmu

Boleh jadi ia bersihkan dirimu demi pesona baru

Kesumpekan, rasa malu, kelicikan

Songsong di pintu dengan tawa

Ajak masuk

Syukuri apa saja yang datang

Karena semua diutus

Sebagai pandu dari sana.

Jika ujian direnungkan dan diambil hikmahnya, maka kesulitan itu sesungguhnya dapat mematangkan jiwa kita, manusia. Ujian dapat memberikan pencerahan. Keserbaadaan (zona nyaman) justru menurut Rumi dapat melenakan manusia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement