Jumat 27 Mar 2020 16:07 WIB

Jambu Biji dan Madu Tingkatkan Imunitas Hadapi Covid-19

Jambu biji merah berpotensi dikembangkan sebagai anti-Covid-19.

Warga memetik buah jambu biji (Psidium guajava) di perkebunan milik kelompok tani Jambu desa Karanggedong, Ngadirejo, Temanggung, Jawa Tengah, Jumat (20/3/2020).
Foto: Antara/Anis Efizudin
Warga memetik buah jambu biji (Psidium guajava) di perkebunan milik kelompok tani Jambu desa Karanggedong, Ngadirejo, Temanggung, Jawa Tengah, Jumat (20/3/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Mewabahnya  virus Covid-19 mendorong  berbagai instansi berusaha menemukan obat yang cocok untuk mengatasi virus tersebut. Beberapa peneliti saat ini telah berhasil menemukan kandidat alternatif bahan alam yang dapat digunakan untuk menanggulangi Covid-19. 

Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/BRIN), Prof Bambang PS Brodjonegoro, melalui tele-konferensi pers pada Kamis (26/3) mengungkapkan, bahan alam yang berpotensi mampu menanggulangi Covid-19 adalah jambu biji merah. 

“Dari berbagai bahan yang tentunya ada di dalam biodiversitas kita, sudah ada beberapa yang dikaji secara mendalam baik oleh beberapa perguruan tinggi dan juga oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Salah satunya adalah buah jambu biji yang merupakan salah satu bahan terbaik untuk dikonsumsi manusia dalam rangka meningkatkan daya tahan tubuh untuk menghadapi COVID-19 ini,” paparnya.

Selain berbicara mengenai memperkuat imunitas tubuh, Bambang juga menjelaskan tentang penanganan jangka pendek, menengah dan jangka panjang yang dilakukan oleh Kemristek/BRIN terhadap Covid-19. Ia menyebutkan, upaya jangka pendek yang telah dilakukan antara lain melakukan pengujian sampel Covid-19, mengembangkan dan melakukan kaji terap terhadap alat pelindung diri (APD) baik masker maupun pakaian, produksi handsanitizer yang nantinya akan disebarluaskan kepada pihak-pihak yang membutuhkan, serta mengembangkan disinfektan chamber yang dilengkapi dengan ozon yang dapat digunakan di tempat-tempat yang membutuhkan. 

 

“Ke depan, kita mencoba untuk mengembangkan vaksin untuk Covid-19, tentunya kita tidak menutup pintu terhadap kerja sama dengan luar negeri yang sudah mulai mengembangkan vaksin tersebut. Yang paling penting adalah secepat mungkin dan seakurat mungkin kita segera membuat dan menemukan vaksin yang cocok untuk menangani Covid-19,” tambahnya. 

Meski negara lain telah mendahului dalam pengembangan vaksin ini, Bambang menjelaskan bahwa Indonesia harus mempunyai kemampuan untuk produksi sendiri. Untuk itu, Kemristek/BRIN telah siap untuk melakukan pengembangan tersebut dengan berkolaborasi bersama berbagai pihak. 

Hal yang tidak kalah penting dalam upaya yang dilakukan saat ini adalah test kit yang digunakan untuk mendeteksi dini bagi masyarakat yang terinfeksi Covid-19. Di samping itu, pihaknya juga berusaha melakukan kajian epidemiologi dan kajian pembuatan obat Covid-19. Anggaran yang digelontorkan untuk upaya tersebut sekitar Rp 20 Miliar, belum termasuk anggaran produksi lainnya. 

Terkait jambu biji merah berpotensi menanggulangi Covid-19, Prof Irmanida Batubara, Guru Besar IPB University menjelaskan, jambu biji merah memiliki senyawa dari golongan flavanoid berpotensi untuk dikembangkan sebagai anti-Covid-19. 

“Berdasarkan hasil ini, kita mengetahui bahwa senyawa flavonoid dapat berinteraksi baik dengan lima protein target, yaitu 3ClPro, PlPro, SpikeACE2, E34 dan RDrP. Secara insiliko, diketahui bahwa myricetin, rhamnetin, kuersetin, esperidia dan kaempferol merupakan senyawa golongan flavonoid yang paling berpotensi sebagai anti-Covid-19,” paparnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id.  

Lebih lanjut, Prof Irmanida menjelaskan, senyawa tersebut diduga mampu menghambat replikasi atau perbanyakan virus dan menghambat ikatan protein virus ke reseptor manusia. Tidak hanya ditemukan pada jambu biji merah, ternyata senyawa-senyawa tersebut juga ditemukan di madu. 

“Oleh karena itu, selanjutnya akan dilakukan uji klinis terkait efek mengonsumsi jus jambu biji yang dikombinasikan dengan madu dan juga uji klinis terhadap efek ekstrak daun jambu biji sebagai suplemen pada pasien Covid-19,” pungkasnya. 

Riset multidisiplin ini melibatkan Departemen Kimia Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI), Klaster Bioinformatics Core Facilities IMERI-FKUI, Klaster Drug Development Research Center IMERI FK UI, Laboratorium Komputasi Biomedik dan Rancang Obat Fakultas Farmasi UI, Rumah Sakit UI, Pusat Studi Biofarmaka Tropika (Trop BRC) IPB University dan Departemen Ilmu Komputer IPB University.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement