Jumat 27 Mar 2020 14:31 WIB

Pertengkaran Penghuni Neraka

Neraka tidak membuat perilaku mereka berubah.

Red: A.Syalaby
Gerbang Neraka, Turkmenistan
Foto: red online
Gerbang Neraka, Turkmenistan

REPUBLIKA.CO.ID, Neraka adalah seburuk-buruknya tempat yang diciptakan Allah SWT bagi orang-orang yang durhaka. Mereka tinggal di tempat kembali yang buruk; sebuah tempat yang menjadi balasan dari perbuatan jahat dan dosa yang dilakukan dalam kehidupan dunia. 

Allah berfirman di dalam QS Shad ayat 57-58. "Inilah (azab neraka) maka biarlah mereka merasakannya (minuman mereka) air yang sangat panas dan air yang sangat dinign dan berbagai macam (azab) yang lain serupa itu."

Prof M Yunan Yusuf dalam Tafsir Alquran Juz 23 (Qalbun Salim) menjelaskan, neraka jahanam dikenal dengan api yang menyala-nyala. Sebuah tempat penyiksaan yang memiliki tujuh pintu. Setiap pintu dari neraka jahanam itu diisi oleh orang-orang durhaka. Masing-masing dari mereka berbeda kadar kedurhakaannya. Penjagaan pintu neraka jahanam dipimpin oleh Malaikat Malik. Di neraka kasta tertinggi ini, ada malaikat penyiksa yang disebut dengan nama Malaikat Zabaniyah. 

Di neraka itu, penghuninya disuguhi minuman yang amat panas dan amat dingin. Ibnu Katsir menggambarkan dalam tafsirnya jika hamim adalah air yang sangat panas, sementara ghassaq adalah lawan katanya, yakni air yang amat dingin.

Ketika diminum, air itu menimbulkan rasa yang amat menyakitkan. Said Quthb bahkan menggambarkan jika di neraka jahanam, mereka mendapat minuman yang mendidih dan makanan yang membuat muntah. Menu tersebut adalah cairan dan kotoran sesama penghuni neraka. Oleh karena itu, tidak heran jika Allah SWT menyebut jahanam sebagai “…seburuk-buruknya tempat tinggal.” (QS Shad ayat 56). 

Tidak hanya itu, neraka tidak membuat perilaku mereka berubah. Keburukan tabiat dan akhlak mereka digambarkan amat  buruk, bahkan antara sesama penghuninya. Alquran menggambarkan hubungan antara mereka tidak harmonis. Satu sama lain kerap berselisih dan bertengkar. 

(Dikatakan kepada mereka), "Ini rombongan besar (pengikut-pengikutmu) yang masuk berdesak-desak bersama kamu (ke neraka)." Tidak ada ucapan selamat datang bagi mereka karena sesungguhnya mereka akan masuk neraka (kata pemimpin-pemimpin mereka). (Para pengikut mereka menjawab), "Sebenarnya kamulah yang (lebih pantas) tidak menerima ucapan selamat datang karena kamulah yang menjerumuskan kami ke dalam azab maka itulah seburuk-buruk tempat menetap." (QS Shad ayat 59-60). 

Buya Hamka ketika menafsirkan penggalan ayat ini menjelaskan, rombongan yang berdesak-desak tersebut adalah rombongan yang biasanya menjadi pengikut dari pimpinan dan pengajak. Saat melihat pengikut yang berdesakan itu masuk ke dalam neraka, berkatalah pemimpin itu. "Tidak ada ucapan selamat datang bagi mereka." 

Ketika diberitahukan kepada pemimpin itu bahwa rombongan itu pun masuk ke neraka akibat ulah mereka, pemimpin itu merasa tidak ada hubungan lagi dengan pengikutnya. Hidup sudah sama-sama menderita. Situasinya kini tidak ada lagi pemimpin dan anak buah. Keduanya bernasib sama. 

Melihat sikap pemimpinnya, pengikut itu menjawab, "Sebenarnya kamulah, hai para pemimpin kami, yang tidak menerima ucapan selamat datang karena kamulah yang selama ini kami jadikan pemimpin yang menjerumuskan kami ke dalam azab neraka jahanam." 

Yunan Yusuf melanjutkan, sekarang timbul situasi saling menyalahkan akibat terjepit dalam azab jahanam. Di kalangan pengikut, timbul keberanian kepada pemimpin mereka. Semua kesalahan ditumpahkan kepada pemimpin itu. Seakan-akan pengikut itu mengatakan, "Kami ini berbuat durhaka, menyembah berhala, menempuh jalan sesat, disebabkan iming-iming kekayaan dan jabatan agar kami mengikuti yang kalian mau."

Para pengikut itu lantas berdoa, "Mereka berkata (lagi), 'Ya Tuhan kami. Barang siapa menjerumuskan kami ke dalam (azab) ini maka tambahkanlah azab kepadanya dua kali lipat di dalam neraka.'" (QS Shad ayat 61). Menurut Yunan Yusuf, orang-orang yang berkedudukan sebagai pemimpin, apakah skala kecil atau skala besar, termasuk pemimpin negara, seharusnya tidak membawa pengikutnya ke lembah kedurhakaan. Mereka seharusnya menjadi contoh bagi masyarakat. Jika melakukan kejahatan dan kedurhakaan, layak sekali mereka diberi hukuman yang melebihi dari orang biasa.

sumber : Dialog Jumat
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement