Kamis 26 Mar 2020 19:25 WIB

Tiga Tenaga Medis di Zaman Nabi Muhammad

Ada tiga tenaga medis di zaman Nabi Muhammad.

Rep: Ratna AJeng Tejomukti/ Red: Muhammad Hafil
Tiga Tenaga Medis di Zaman Nabi Muhammad. Foto: Kkedokteran Islam tempo dulu (ilustrasi).
Foto: wordpress.com
Tiga Tenaga Medis di Zaman Nabi Muhammad. Foto: Kkedokteran Islam tempo dulu (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Sepanjang sejarah dan bahkan sejak masa Nabi Muhammad, ada wanita muslim yang memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan kualitas kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat mereka. Mereka secara aktif berpartisipasi dalam manajemen, pendidikan, agama, kedokteran dan kesehatan karena mereka termotivasi oleh kepedulian mereka terhadap urusan rakyat.

Syariah (hukum Islam) menuntut umat Islam untuk memiliki perhatian besar bagi masyarakat di semua bidang kehidupan. Jadi, sepanjang sejarah Islam, pencarian ilmu pengetahuan dianggap sebagai bagian dari sebuah pengabdian.

Baca Juga

Perempuan Islam pun hadir sebagai dokter dan memperlakukan sama antara perempuan dan laki-laki terutama di medan perang. Namun, pemisahan ketat antara laki-laki dan perempuan berarti bahwa perempuan memiliki sedikit atau tidak ada kontak dengan laki-laki di luar keluarga dekat mereka.

Jadi perawatan kesehatan wanita Muslim terutama ditangani oleh wanita lain, terutama karena secara sosial tidak pantas bagi seorang pria untuk memeriksa seorang wanita mengenai masalah kesehatannya.

Berikut ini adalah beberapa contoh dari beberapa wanita Muslim yang berkontribusi pada kemajuan kedokteran.

Perawat pertama Islam adalah Rufayda Binti Saad Al Aslamiyya. Tapi nama-nama perempuan lain tercatat sebagai perawat dan praktisi kedokteran pada awal kebangkitan Islam adalah Nusayba Binti Kaab Al-Mazeneya, salah satu wanita Muslim yang menyediakan layanan keperawatan untuk prajurit di pertempuran Uhud (625 H), Umm Sinan Al-Islami (dikenal juga sebagai Umm Imara), yang menjadi seorang Muslim dan meminta izin dari Nabi Muhammad untuk pergi keluar dengan para prajurit untuk merawat yang terluka dan menyediakan air, Umm Matawe 'Al-Aslamiyya, yang dengan sukarela menjadi perawat di tentara setelah terjadinya perang Khaybar, Umm Waraqa Bint Hareth, yang berpartisipasi dalam mengumpulkan Al-Quran dan memberikan layanan keperawatannya kepada para prajurit di perang Badar.

Kali ini dikisahkan, tiga tenaga medis wanita pada masa awal Islam:

Rufayda binti Sa'ad

Rufayda binti Sa'ad juga dikenal sebagai Rufayda al-Aslamiyyah, dianggap sebagai perawat pertama dalam sejarah Islam, hidup pada masa Nabi Muhammad. Dia merawat yang terluka dan sekarat dalam perang bersama Nabi Muhammad dalam pertempuran Badar pada 13 Maret 624 H.

Rufayda belajar sebagian besar pengetahuan medisnya dengan membantu ayahnya, Saad Al Aslamy, yang adalah seorang dokter. Rufayda mengabdikan dirinya untuk merawat orang-orang yang sakit kemudian dikenal sebagai ahli pengobatan.

Dia melatih keterampilannya di tenda rumah sakit darurat di berbagai pertempuran bersama Nabi. Nabi biasa memerintahkan agar semua korban dibawa ke tendanya sehingga dia dapat merawat mereka dengan keahlian medisnya.

Rufayda digambarkan sebagai perawat yang baik dan empati terhadap pasien. Dengan keterampilan klinisnya, ia melatih wanita lain untuk menjadi perawat dan bekerja di bidang perawatan kesehatan.

Dia juga bekerja sebagai pekerja sosial, membantu menyelesaikan masalah sosial yang terkait dengan penyakit. Selain itu, ia membantu anak-anak yang membutuhkan dan merawat anak yatim, disabilatas, dan orang-orang miskin.

Syifa binti Abdullah

Syifa binti Abdullah al Qurashiyah al Adawiyah merupakan seorang wanita yang namanya tercatat dalam sejarah Islam. Dia dikenal sebagai wanita yang bijak di masanya.

Syifa merupakan satu wanita yang pandai membaca dari banyaknya wanita yang masih buta huruf. Karena kepandaiannya dia dilibatkan dalam kegiatan administrasi publik dan dunia kedokteran.

Nama aslinya adalah Laila, Syifa sendiri berarti penyembuhan karena profesiya sebagai perawat. Salah satu metode pengobatannya yang terkenal adalah pengobatan dan pencegahan terhadap gigitan semut.

Nabi menyetujui metodenya dan meminta dia untuk melatih wanita muslim lainnya.

Nusayba binti Harits al-Ansari

Nusayba binti Harits al-Ansari, juga disebut Umm 'Atia, merawat korban di medan perang dan memberi mereka air, makanan dan pertolongan pertama. Selain itu, dia juga bisa melakukan sunat. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement