REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sudah hampir 10 hari lebih masyarakat kita dihadapkan dengan musibah wabah corona. Berbagai upaya terus dilakukan oleh pemerintah, salah satunya adalah menjaga jarak atau social distancing.
Dampaknya, masyarakat pun menjadi lebih berhati-hati dalam melakukan interaksi, terutama ketika akan membeli sesuatu seperti makanan. Tentu saja hal ini berdampak pada kegiatan berdagang para pedagang kecil, khususnya pedagang yang berada di wilayah binaan Rumah Zakat yaitu Desa Berdaya Neglasari.
Evi Handayani, wanita berusia 35 tahun ini merupakan salah satu pedagang baso tahu, yang mana sehari-hari dia berkeliling untuk menjual dagangannya. Akibat wabah corona ini, dagangannya menjadi sepi.
Dia menuturkan, di tengah wabah corona penjualannya menurun dan harga pun semakin naik. Suaminya yang berprofesi sebagai tukang ojek pun sepi penumpang.
"Anak saya empat masih pada kecil, suami saya ojek pada sepi begitu pula jualan saya yang sehari-hari berjualan baso tahu yang biasa produksi sampai dua kilogram (kg) saat ini belum bisa produksi selain harga naik juga yang beli berkurang bukan untung malah modal habis suka bersisa, untuk bertahan hidup jualan makanan lain yang bisa saya jual," ungkap Evi.
Evi menambahkan, saat ini keuntungan yang didapatkan kecil. Bahkan makanan yang diujualnya banyak yang tersisa. "Saat ini dari pagi kita jualan sampai siang hanya dapat untung RP 15 ribu itupun banyak sisa dan banyak yang nggak laku mudah mudahan wabah ini cepat berlalu," tambah Evi.
Dalam kondisi seperti ini, Rumah Zakat hadir membantu dengan memberikan sembako BLK. Pemberian bantuan ini diharapkan bisa sedikit meringankan beban ekonomi Evi dan keluarga, Rabu (25/3) lalu.
"Mudah mudahan dapat membantu kami dalam seminggu ke depan ini. Untuk beras dan minyak juga kue buat anak anak di rumah. Terima kasih rumah zakat," ucap Evi.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
