Kamis 26 Mar 2020 17:48 WIB

Japelidi Kampanye 42 Bahasa Daerah Lawan Hoaks Covid-19

Japelidi juga membagikan hand sanitizer bagi warga yang masih bekerja di luar rumah.

Rep: my31/ Red: Fernan Rahadi
Logo Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi)
Foto: Akun Twitter @japelidi
Logo Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) melakukan kampanye untuk melawan hoaks seputar virus korona atau Covid-19 dalam 42 bahasa daerah. Japelidi menyarikan dan memproduksi beragam informasi akurat terkait Covid-19 ke dalam bentuk video dan poster edukatif bagi masyarakat.

“Untuk mengimbangi banjir hoaks yang menyesatkan warga di saat pandemi ini, kami membuat beragam konten digital ‘Jaga diri dan Jaga Keluarga’ di dalam 42 bahasa daerah, selain bahasa Indonesia dan bahasa Mandarin, supaya bisa lebih dekat dengan keseharian masyarakat kita yang majemuk,” kata Koordinator Japelidi, Novi Kurnia,  dalam siaran pers, Rabu (25/3).

Japelidi merupakan pegiat literasi yang sebagian besar anggotanya adalah dosen dari 78 perguruan tinggi di 30 kota di Indonesia. Untuk menyebarkan konten berbahasa daerah tersebut, Japelidi bekerja sama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi, Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI), dan Komunitas Berbeda Itu Biasa. 

Penyebaran konten dilakukan melalui media sosial yakni akun Instagram @japelidi, Twitter @japelidi, serta grup WhatsApp para anggota Japelidi yang berjumlah 163 orang dengan membagikan poster digital seperti “Jaga diri dan Jaga Keluarga”, “Perlindungan Data Pribadi”, dan “Sumber Informasi Terpercaya”, serta videografik tips menemani anak belajar di rumah.

“Tanggapan warganet sangat positif. Misalnya, banyak orang atau komunitas meminta kami mengirim file untuk mereka cetak sendiri lalu membagikannya kepada warga berusia lanjut di sekitar mereka. Bahkan ada yang membuatnya menjadi spanduk. Memang banyak orang tidak mengakses jejaring sosial, sehingga akses informasi mereka pun terbatas,” kata Novi yang juga merupakan ketua Program Magister Ilmu Komunikasi Fisipol UGM tersebut.

Selain kampanye tersebut, Japelidi juga melakukan kampanye luring dengan membagikan sabun dan hand sanitizer bagi warga yang masih harus bekerja di luar rumah seperti pengendara ojek dan pedagang pasar.  Dana untuk ini berasal dari urun daya donasi anggota Japelidi.

Koordinator Kampanye Japelidi Lawan Hoaks Covid-19, Lestari Nurhajati, menyatakan sejauh ini pihaknya tidak membuka donasi dari luar. Kebutuhan donasi awalnya untuk memperbanyak materi kampanye dalam bentuk print bahan kampanye, pengadaan sabun atau hand sanitizer.

"Saat ini kami sudah full konsentrasi kampanye online, dikarenakan kondisi sudah semakin sulit bagi anggota kami untuk kampanye via offline. Namun yang sangat terbuka adalah partisipasi masyarakat lainnya untuk terlibat. Kami sangat terbuka untuk materi-materi kami diakses dan digunakan. Kemarin ada warga Depok, Jawa Barat, yang izin poster dibuat spanduk panjang untuk dipasang di gapura perumahannya, partisipasi ini lah yang membahagiakan kami,” kata dosen The London School of Public Relations (LSPR) itu kepada Republika. 

Kegiatan luring dilakukan oleh tim Japelidi dan warga dengan membagikan selebaran, poster, dan spanduk di tempat-tempat strategis di banyak daerah yakni Jakarta, Yogyakarta, Bali, Salatiga, Semarang, Lamongan, Malang, Bandung, Ponorogo, Depok, Surabaya, Sukabumi, Blora, Grobogan, Bogor, Banjarmasin, Kulonprogo, Gresik, Tegal, Wonogiri, Cilacap, Magelang, NTT, Kutai, NTB, Timika, Kabupaten Semarang, Lombok Timur, Lampung, dan Samarinda. Cakupan wilayah ini masih terus bertambah seiring bertambahnya dukungan warga.

Produksi konten berbahasa daerah pun masih akan bertambah sesuai kebutuhan masyarakat. “Bahasa daerah masih akan terus bertambah karena begitu ada permintaan dari masyarakat untukmenerjemahkan, kami akan langsung merespons positif, artinya memang dibutuhkan oleh masyarakat sekitar," katanya.

Yang mengharukan, kata dia, adalah sikap gotong-royong para anggota Japelidi tampaknya menular ke berbagai lapisan masyarakat. "Instagram dan Twitter kami direspons sangat positif. Facebook pribadi saya juga dikontak oleh warga Bantul, izin memperbanyak poster dan akan menyebarkannya. Bersama dengan sumbangan sabun dari kami, dan juga sumbangan masker dari komunitas lainnya. Ini menjadi gambaran betapa saling pedulinya masyarakat Indonesia,” kata Lestari.

Ia menambahkan, masyarakat dapat meminta file poster dengan menghubungi kontak media sosial Japelidi. Sehingga, begitu ada permintaan, Japelidi bisa langsung menyiapkan.

"Kami tidak menyangka dukungan dari warga akan sebesarini. Seperti halnya kampanye politik, kampanye kesehatan juga harus dilakukan melalui darat di banyak tempat. Menurut saya masih banyak ruang yang belum terjangkau. Padahal isu pandemi ini sangat mendesak," ungkap Lestari.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement