Kamis 26 Mar 2020 10:12 WIB

Akhlak Islami Terhadap Asisten Rumah Tangga

Akhlak terhadap asisten rumah tangga juga dicontohkan Rasulullah SAW.

Ilustrasi Akhlak Islami Terhadap Asisten Rumah Tangga
Foto: republika
Ilustrasi Akhlak Islami Terhadap Asisten Rumah Tangga

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagaimana Islam mengajarkan umatnya untuk memperlakukan asisten rumah tangga? Dalam hal ini, mari kita langsung belajar kepada penghulu Muslimin, Rasulullah Muhammad SAW.

Di rumahnya, beliau memiliki seorang pelayan. Namanya, Anas bin Malik. Ia diserahkan oleh ibunya kepada Rasul SAW. Hal pertama yang dilakukan Nabi SAW kepada Anas ialah berdoa. "Ya Allah, perbanyaklah harta dan anaknya, panjangkanlah umurnya, dan ampunilah dosanya,” begitu munajat beliau.

Baca Juga

Itulah akhlak pertama yang harus dilakukan seorang Muslim kepada pembantunya: mendoakan kebaikan. Akhlak berikutnya berkaitan dengan sapaan atau panggilan.

Rasulullah SAW memiliki panggilan spesial kepada Anas, yakni Unais. Maknanya, "Anas-ku”. Dalam beberapa riwayat, Nabi SAW juga memanggil Anas dengan sebutan “anakku”.

Seorang majikan juga hendaknya memanggil dengan sebutan yang baik kepada asisten rumah tangganya. Dengan panggilan yang baik, seorang asisten rumah tangga akan lebih memiliki ikatan dengan keluarga yang mempekerjakannya.

Anas bin Malik pernah menuturkan tentang perlakuan Rasulullah SAW terhadapnya. “Demi Allah, saya telah menjadi pembantu beliau selama sembilan tahun. Saya tidak mendapatkan beliau mengomentari apa yang aku kerjakan, seperti ‘Mengapa kamu berbuat seperti ini atau begitu?’ Atau, sesuatu yang aku tinggalkan, 'Mengapa kamu tidak berbuat seperti ini?'"

 

Tunaikan hak, jangan kasar

Akhlak selanjutnya yang bisa dipetik dari suri teladan Nabi SAW adalah tidak memarahi pelayan. Rasul SAw tidak pernah menghardik, apalagi memukul dan menyiksa asisten rumah tangga.

Pada hakikatnya, asisten rumah tangga adalah seorang pekerja. Mereka orang merdeka, bukan budak. Setiap pekerja memiliki hak dan kewajiban yang harus ditunaikan masing-masing.

Dalam hal pembayaran, Nabi SAW benar-benar mewanti-wanti agar seseorang tidak menelantarkan hak upah para pekerja.

Nabi SAW bersabda, “Berikan kepada seorang pekerja upahnya sebelum keringatnya kering.” (HR Ibnu Majah). Jika telat membayarkan hak pekerja saja diberi peringatan, terlebih mereka yang secara sengaja menahan upah pembantu rumah tangga selama bertahun-tahun.

Rasulullah bersabda, “Allah SWT berfirman, ada tiga kategori golongan yang Aku menentangnya (kelak) di hari kiamat: lelaki yang berinfak kemudian ditarik kembali, lelaki yang menjual orang merdeka lalu memakan uangnya, dan orang yang mempekerjakan pekerja dan telah mendapatkan hasilnya, tetapi tidak memberikan upah.” (HR Bukhari).

Nabi SAW bersabda, “Barang siapa yang saudaranya berada di bawah perintahnya (bekerja untuknya), maka berikan makanan yang sama dengan yang ia makan, pakaian yang ia kenakan, dan hendaknya tidak memberikan tugas di luar batas kewajaran yang lantas dapat menyebabkannya sakit.” (HR Bukhari).

Kaum Muslimin yang betul-betul mengikuti Nabi Muhammad SAW tidak akan berbuat kasar kepada asisten rumah tangga. Justru, Muslim harus memperlakukan mereka sebagaimana memperlakukan keluarga.

Ambil contoh sosok Anas bin Malik. Rasul SAW memberikan kepadanya ruang untuk mengembangkan diri. Alhasil, ia menjadi salah satu ulama besar dalam sejarah Islam. Ia meriwayatkan sebanyak 829 hadis Bukhari, 485 hadis Muslim, 367 hadis Tirmidzi, 255 hadis Abu Daud, 367 hadis Nasai, 280 hadis Ibnu Majah, 2189 hadis Ahmad, dan 35 hadis Muwatta'.

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement