Kamis 26 Mar 2020 07:29 WIB

Rifaat Tahtawi dan Telaahnya Atas Kemajuan Barat

Rifaat Tahtawi menemukan adanya dua faktor kemajuan Barat.

Ilustrasi Rifaat Tahtawi dan Telaahnya Atas Kemajuan Barat
Foto: wikipedia
Ilustrasi Rifaat Tahtawi dan Telaahnya Atas Kemajuan Barat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rifaat Tahtawi, seorang intelektual Muslim Mesir dari abad ke-19, menelaah faktor-faktor kemajuan Barat. Dengan cara itu, ia berupaya membuat sintesis yang mempertemukan antara peradaban Timur dan Barat.

Tahtawi mengakui, ada dua faktor fundamental yang dianggap telah melahirkan peradaban modern dan akhirnya mengubah Eropa dari tahap kejumudan ke tahap kebangkitan dan progres.

Baca Juga

Pertama, faktor ekonomi. Inilah yang mendorong lahir dan tumbuhnya borjuasi setelah merosotnya feodalisme. Kedua, peranan intelektual. Menurut dia, kaum intelektual Eropa abad ke-14 M tidak bermaksud menolak agama.

Mereka hanya hendak mengubah agama Kristen abad pertengahan menjadi suatu agama kehidupan. Mereka ingin menggantikan perhatian lama di sekitar spirit, moralisme dengan cakrawala baru tentang kehidupan dan kegiatan-kegiatan sosial, yang hasilnya adalah lahirnya agama Protestan.

Tahtawi melihat, tokoh-tokoh seperti Luther, Calvin, Kepler, Galileo, Descartes, Kant, Francis Bacon adalah orang-orang yang sangat berjasa dalam melahirkan peradaban modern.

Di antara pemikiran Tahtawi dalam tatanan sosial ekonomi, misalnya dapat dilihat dalam membuat kriteria kemuliaan dan martabat seseorang dalam masyarakat, dimana sebelumnya kriteria derajat kemuliaan kedudukan seseorang diukur dengan banyaknya harta, keturunan yang baik atau masih ada keturunan dengan Rasulullah SAW.

Ia menolak kriteria-kriteria tersebut. Dia mengajak segenap umat Islam mengamati tentang konsep agama ini ihwal apa-apa penentu kemuliaan derajat seseorang. Dalam Islam, orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang berakhlak dan bertakwa.

Kemuliaan seseorang dalam agama Islam tidak diukur dengan banyaknya harta atau tingginya jabatan. Contoh yang paling mudah dalam hal ini adalah kemuliaan Rasulullah SAW. Orang sepakat bahwa kedudukan Nabi Muhammad SAW sangat mulia, padahal beliau tidak mempunyai harta yang banyak dan kedudukan duniawi yang tinggi.

Dari sinilah, menurut Tahtawi, bisa diambil kesimpulan bahwa kemuliaan seseorang lebih ditentukan oleh amal baiknya. Banyak hal yang dapat kita ambil dan praktikkan dari tokoh pendiri sekolah perempuan pertama di dunia Arab ini.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement