Rabu 25 Mar 2020 22:35 WIB

Pengaruh Islam Dalam Epos I La Galigo (2)

I La Galigo dalah epos mitologis di Bugis.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Naskah La Galigo di Museum La Galigo kawasan benteng Fort Rotterdam, Makassar.
Foto: Republika/ Maman Sudiaman
Naskah La Galigo di Museum La Galigo kawasan benteng Fort Rotterdam, Makassar.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Di dalam dunia pewayangan yang menceritakan Mahabarata juga digambarkan tokoh-tokohnya telah memegang ajaran Islam. Hal ini dilakukan sebagai upaya Wali Songo untuk berdakwah di tanah Jawa melalui pendekatan budaya secara perlahan dan bertahap. Hal serupa juga terjadi dalam epos La Galigo yang disisipi ajaran-ajaran Islam oleh para ulama, intelektual dan sastrawan Muslim di masa lalu.

Dalam pandangan Budayawan dan Penggerak Literasi, Nirwan Ahmad Arsuka, tokoh Islam yang masuk dalam epos La Galigo versi Bottinna I La Dewata Sibawa I We Attaweq bukan sekedar tokoh dongeng. Salah satu tokoh Islam yang mendapat kedudukan penting dalam naskah La Galigo versi ini adalah Nabi Sulaiman.

"Nabi Sulaiman diposisikan sebagai leluhur orang-orang Bugis, masyarakat Bugis ada yang mempercayai itu atau paling tidak penulis La Galigo versi Bottinna I La Dewata Sibawa I We Attaweq yang mempercayainya," kata Nirwan kepada Republika, Selasa (1/10).

Dia menerangkan, keyakinan terhadap Nabi Sulaiman sebagai leluhur masyarakat Bugis itu didasarkan pada cerita Nabi Sulaiman yang menikahi Ratu Balqis. Di dalam beberapa tafsir, Ratu Balqis diterjemahkan menjadi Ratu Bugis. Sebab kalau ditulis dengan huruf Lontara dan bahasa Bugis kuno, antara Balqis dan Bugis itu hampir sama. Tapi tentu hal ini bisa diperdebatkan.

Namun, Nirwan lebih memandang masuknya tokoh-tokoh Islam dalam La Galigo dengan berbagai bentuk dan caranya sebenarnya sebuah proyek politik untuk Islamisasi Bugis. Sama seperti Sunan Kalijaga salah seorang Wali Songo yang memasukkan ajaran-ajaran dan pesan moral Islam ke dalam epos Mahabarata.

Sunan Kalijaga menggunakan wayang dan menambahkan unsur-unsur baru ke dalam epos Mahabarata. Hal itu dilakukannya sebagai strategi memasukkan ajaran Islam dan pesan-pesan moral Islam ke dalam khazanah Mahabarata yang hidup serta dipercaya oleh masyarakat Jawa pada masa itu.

"Di dalam wayang yang mengisahkan Mahabarata muncul senjata Kalimasada yakni senjata paling hebat yang dipegang Yudistira (Dharmakusuma) itu Kalimasada artinya syahadat, tentu ada perbedaannya (antara La Galigo dan Mahabarata yang disisipi ajaran Islam) tapi kira-kira semangatnya sama seperti itu," jelasnya.

Di tanah Jawa tokoh yang menyisipkan ajaran Islam ke dalam epos Mahabarata adalah Wali Songo. Di Bugis juga ada tokohnya yang menyisipkan ajaran Islam ke dalam epos La Galigo. Hanya saja, menurut Nirwan, hingga saat ini belum ditemukan catatannya sehingga tidak diketahui siapa tokohnya.   

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement