Selasa 24 Mar 2020 05:58 WIB

Ekspor Industri Pengolahan Naik 10,93 Persen

Neraca perdagangan industri pengolahan hingga Februari mengalami surplus.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolandha
Sejumlah pekerja menjemur ikan asin jenis siro di industri pengolahan ikan asin Pelabuhan Jongor, Tegal, Jawa Tengah, Kamis (16/5/2019). Industri pengolahan mencatatkan nilai ekspor sebesar 21,76 miliar dolar pada periode Januari sampai Februari 2020.
Foto: Antara/Oky Lukmansyah
Sejumlah pekerja menjemur ikan asin jenis siro di industri pengolahan ikan asin Pelabuhan Jongor, Tegal, Jawa Tengah, Kamis (16/5/2019). Industri pengolahan mencatatkan nilai ekspor sebesar 21,76 miliar dolar pada periode Januari sampai Februari 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri pengolahan mencatatkan nilai ekspor sebesar 21,76 miliar dolar pada periode Januari sampai Februari 2020. Nilai itu naik sebesar 10,93 persen dibandingkan periode sama tahun lalu. 

Capaian kinerja pengapalan produk manufaktur sepanjang dua bulan pertama tahun ini berkontribusi sebanyak 78,92 persen dari total nilai ekspor. Sementara, total nilai ekspornya menembus 27,57 miliar dolar AS. 

“Nilai ekspor industri pengolahan pada Februari 2020 tercatat sebesar 11,03 miliar dolar AS, naik 2,73 persen dibanding Januari 2020 secara month to month (mtm) yang mencapai 10,73 miliar dolar AS," ujar Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Janu Suryanto melalui siaran pers pada Senin, (23/33).

Ia melanjutkan, jika dibandingkan Februari 2019 atau secara year on year (yoy), kinerja ekspor industri pengolahan pada Februari 2020 naik 17,11 persen. 

Janu menyampaikan, neraca perdagangan industri pengolahan pada periode Januari sampai Februari 2020 mencatat surplus sebesar 1,22 miliar dolar AS. Sedangkan, neraca perdagangan industri pengolahan pada Februari 2020 mencatatkan surplus 2,07 miliar dolar AS. 

Adapun sektor industri makanan menjadi penyumbang devisa terbesar dari total nilai ekspor industri pengolahan pada Januari sampai Februari 2020 yang mencapai 4,7 miliar dolar AS. Angka tersebut naik dibanding perolehan di periode sama tahun sebelumnya yang sebesar 4,3 miliar dolar AS. 

Sektor lainnya, diikuti oleh industri logam dasar yang nilai ekspornya menembus 3,5 miliar dolar AS. Kemudian industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia sebesar 1,9 miliar dolar AS, industri pakaian jadi sebesar 1,4 miliar dolar AS, serta industri karet, barang dari karet dan plastik sebanyak 1,2 miliar dolar AS sepanjang dua bulan awal tahun ini.

“Industri makanan juga menjadi penyumbang paling besar pada capaian nilai ekspor industri pengolahan pada Februari 2020, yang tercatat mencapai 2,45 miliar dolar AS atau berkontribusi 22,26 persen,” ujar Janu. Ia menambahkan, pada Februari 2020, ekspor industri makanan naik 8,94 persen dibanding Januari 2020.

Jika dilihat dari faktor pembentuknya, nilai ekspor sektor industri makanan pada Februari 2020 didominasi oleh komoditas minyak kelapa sawit sebesar 1,51 miliar dolar AS atau memberikan kontribusi 61,41 persen. Angka itu naik dibandingkan Januari 2020 yang mencapai 60,62 persen.

Sektor lainnya, disusul industri logam dasar yang nilai ekspornya menembus 1,77 miliar dolar AS. Kemudian industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia sebesar 999 juta dolar AS, industri pakaian jadi sebesar 673 juta dolar AS, serta industri karet, barang dari karet dan plastik sebanyak 600 juta dolar AS pada bulan kedua tahun ini.

“Pada Februari 2020, Amerika Serikat menjadi negara tujuan ekspor utama industri pengolahan dari Indonesia. Diikuti oleh China, Singapura, Jepang, dan India,” sebut Janu. Sedangkan dilihat pertumbuhan secara tahunan (yoy), kelima negara tersebut mengalami lonjakan. Amerika Serikat naik 29,05 persen dan China 16,81 persen. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement