Senin 23 Mar 2020 17:30 WIB

Industri Makanan-Minuman Khawatir Pasokan Bahan Baku

Keterbatasan bahan baku di tengah pembatasan karena Covid-19 jadi kekhawatiran.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Yudha Manggala P Putra
Industri makanan (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Industri makanan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri makanan dan minuman Indonesia khawatir keterbatasan bahan baku di tengah pembatasan karena wabah Covid-19. Wakil Ketua Umum Bidang Kebijakan Publik Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Rachmat Hidayat mengatakan saat ini produksi masih berjalan meski ada kekhawatiran.

"Saat ini produksi masih berjalan, tetapi yang membayangi adalah ketersediaan bahan baku termasuk yang impor," katanya kepada Republika, Senin (23/3).

 

Industri berharap pada pemerintah, agar membantu kelangsungan produksi dan distribusi ini agar tidak berhenti. Apalagi saat ini tingkat produksi cukup tinggi karena menjelang bulan Ramadhan dan Idul Fitri.

Untuk memenuhi kebutuhan industri, impor masih sangat diandalkan. Misal, untuk gandum sama sekali tak ada gantinya. Untuk gula, jika skala industri masih impor 100 persen, kedelai masih impor sekitar 70 persen dan susu impor 80 persen.

Selalu ada peluang untuk substitusi impor termasuk bagi industri halal namun prosesnya masih cukup jauh. Kekhawatiran juga muncul tidak hanya pada ketersediaan bahan baku tapi juga pendistribusiannya.

Saat ini, wabah telah menghambat sejumlah produksi. Namun industri berupaya beroperasi secara normal sambil mematuhi arahan pemerintah. Pembatasan terkait produksi ditangani industri dengan beragam cara.

"Kalau kantor yang mengurus administrasi, biasanya kantor pusat, mengikuti anjuran pemerintah untuk bekerja di rumah, tapi untuk fasilitas produksi, tidak mungkin dari rumah," katanya. Perusahaan makanan dan minuman menerapkan protokol kesehatan ketat termasuk menjaga jarak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement