Senin 23 Mar 2020 05:40 WIB

IDI Desak Pemda Penuhi Kebutuhan APD

Pemda Gorontalo harap APD pesanan bisa segera diterima dari pabrik.

Petugas medis menggunakan alat pelindung diri (APD).
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Petugas medis menggunakan alat pelindung diri (APD).

REPUBLIKA.CO.ID, GORONTALO -- Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Gorontalo Irianto Dunda meminta pemerintah daerah melengkapi kebutuhan Alat Pelindung Diri (APD) bagi paramedis. "Hal ini menjadi penting karena tenaga medis adalah lini terdepan dalam percepatan penanganan virus Covid-19," ucap Irianto Dunda di Gorontalo, Ahad (22/3).

“Pertama tentang alat perlindungan diri mereka. Kalau secara prosedur yang sebagus-bagusnya, dokter dari rumah ke rumah sakit harus ganti baju. Mereka harus disediakan baju APD. Setelah melaksanakan tugas kemudian ganti baju lagi,” ujar dokter tersebut dalam Dialog Spesial Gubernur Menyapa.

Baca Juga

APD atau juga dikenal dengan baju Hazmat (Hazardous Materials) merupakan baju pengaman yang dipakai dalam keadaan tertentu. Dalam kasus virus Covid-19, digunakan oleh petugas medis untuk melindungi diri dari paparan virus yang ada pada tubuh pasien positif.

Ia menambahkan, minimnya APD di Gorontalo bisa berakibat fatal bagi para tenaga medis yang melakukan kontak langsung dengan pasien dan berpotensi terpapar juga oleh virus tersebut.

 

Menanggapi hal itu, Gubernur Gorontalo Rusli Habibie menyatakan pihaknya telah memesan langsung 1.000 unit APD. Sebelumnya, ia juga mengaku sudah memesan dari Kementerian Kesehatan RI sebanyak 1.000 unit, tapi hanya 100 unit yang disanggupi oleh Kemenkes.

“Untuk APD, tiga hari lalu kami sudah putuskan untuk beli di PT. Sriteks yang ada di Solo. Kami sudah pesan langsung dari pabriknya. Sudah kontak direkturnya dan akan dibagikan ke kabupaten kota," tambahnya.

Dalam dialog tersebut juga terungkap pemprov Gorontalo sempat berencana untuk membeli alat pendeteksi Virus Covid-19. Namun pengadaan alat tersebut harus ditunjang dengan sumber daya manusia yang memadai.

“Ada masukan dari teman-teman dokter, itu tidak sembarangan belinya. Bukan hanya alatnya saja, tapi SDM juga harus siap. Takutnya kita sudah beli tapi alatnya tidak bisa di operasionalkan karena SDM tidak tersedia,” tukasnya.

Rusli meminta masyarakat tidak perlu khawatir terkait pemeriksaan sampel virus. Jika selama ini sampel dikirim langsung ke Jakarta dan membutuhkan waktu yang lama, maka saat ini sampel hanya akan dikirim ke Makassar, Sulawesi Utara.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement