Ahad 22 Mar 2020 17:25 WIB

Arkeolog Temukan Fosil Burung 66 Juta Tahun

Burung tertua diperkirakan hidup bersama dengan dinosaurus sebelum punah.

Rep: Eric Iskandarsjah Z/ Red: Dwi Murdaningsih
Wonderchicken, burung yang diyakini sebagai tertua di dunia berusia 66 juta tahun.(plants and animal via ilfscience)
Foto: plants and animal via ilfscience
Wonderchicken, burung yang diyakini sebagai tertua di dunia berusia 66 juta tahun.(plants and animal via ilfscience)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para arkeolog kembali menemukan sebuah temuan penting. Kali ini, arkeolog menemukan sebuah fosil burung modern yang paling tua yang dijuluki Wonderchicken.

Dilansir dari IFL Science pada Sabtu (21/3), fosil itu ditemukan di Eropa,  tepatnya di perbatasan antara Belanda dan Belgia. Fosil tengkorak itu diperkirakan berasal dari burung yang hidup pada sekitar 66 juta tahun lalu.

Baca Juga

Artinya, wonderchicken itu hidup bersama dengan dinosaurus sebelum kemudian 75 persen spesies punah. Burung dengan nama ilmiah Asteriornis maastrichtensis itu memiliki karakter unggas darat dan unggas air modern seperti bebek dan ayam.

Para ilmuwan memperkirakan bahwa wonderchicken memiliki dimensi yang cukup kecil. Diperkirakan, wonderchicken hanya memiliki bobot sekitar 400 gram.

Dalam proses penemuan, awalnya fosil itu tak terlihat menarik karena hanya berupa fragmen tulang kaki. Hingga kemudian, ilmuwan melakukan pemindaian dengan X-ray dan menemukan tengkorak burung yang hampir lengkap.

Peneliti dari Cambridge’s Department of Earth Sciences, Daniel Field mengatakan, penemuan ini adalah salah satu hal yang paling mengesankan dalam hidupnya. “Ini fosil burung yang paling terpelihara dan berasal dari masa yang cukup penting bagi sejarah bumi,” kata  Daniel Field.

Mengingat, asal usul keanekaragaman burung selama ini masih disemiluti misteri. Karena, arkeolog memiliki sedikit bukti fosil burung setelah bumi dihantam asteroid. Artinya, penemuan fosil ini pun mampu memberikan pandangan tentang burung modern dalam tahapan evolusi mereka.

Selain itu, hal ini pun mempertegas bahwa Eropa merupakan area kunci dalam sejarah evolusi burung.

Soal nama, Asteriornis maastrichtensis berasal dari kata Asteria dan Maastricht. Asteria adalah dewi bintang jatuh Yunani yang mengubah dirinya menjadi burung puyuh untuk melarikan diri dari Zeus. Sedangkan Maastricht adalah nama kota dimana fosil itu ditemukan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement