Sabtu 21 Mar 2020 20:07 WIB

Korban Meninggal Akibat Corona di Iran Capai 1.500 Jiwa

Dalam 24 jam, korban meninggal di Iran tercatat sebanyak 123 orang.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Endro Yuwanto
Kematian akibat virus corona, ilustrasi(Republika)
Foto: Republika
Kematian akibat virus corona, ilustrasi(Republika)

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Jumlah kematian akibat pandemi virus corona baru atau covid-19 di Iran mencapai 1.556 orang pada Sabtu (21/3). Dalam 24 jam, korban meninggal tercatat sebanyak 123 orang.

Sementara, jumlah total infeksi kini melebihi 20 ribu kasus. "Jumlah kematian Iran akibat wabah corona meningkat pada Sabtu sebanyak lebih dari 100 menjadi 1.556. Dan jumlah total orang yang terinfeksi sekarang 20.610," ujar juru bicara Kementerian Kesehatan Iran Kinaoush Jahanpour dikutip al Arabiya, Sabtu.

Kantor berita IRNA mengutip Jahanpour mencatat, 232 kasus baru di Teheran, 20 di Qom, 57 di Gilan, 101 di Isfahan, 55 di Alborz, 28 di Mazandaran, 59 di Qazvin, 6 di Golestan, 57 di Razavi Khorasan, 22 di Fars, 34 di Lorestan, 72 di Azarbaijan Timur, 31 di Khuzestan, 52 di Yazd, 35 di Zanjan, 7 di Kordestan, 6 di Ardebil, 5 di Kermanshah, 8 di Kerman, 27 di Hamedan. Kemudian 12 di Kohgiluyeh dan Boyer-Ahmad, 5 di Sistan dan Baluchestan, 18 di Ilam, 1 di Khorasan Utara, dan 14 di Azarbaijan Barat.

Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan, langkah-langkah jaga jarak sosial dikerahkan untuk memerangi pandemi covid-19 di Iran. Hal itu termasuk pembatasan perjalanan akan berlaku hanya dua hingga tiga pekan. "Iran harus melakukan segala yang diperlukan untuk mengembalikan produksi ekonomi pada keadaan normal," ujar Rouhani.

Di tengah pandemi yang semakin memukul Iran, Amerika Serikat (AS) tetap menerapkan sanksi ekonomi kepada Republik Islam ini. Menteri Luar Negeri Iran Zavad Jarif mengatakan, sanksi baru AS telah mempengaruhi sumber daya ekonomi, pendapatan minyak, dan sektor swasta Iran. "Tekanan maksimal AS terhadap Iran menghalangi ekspor, jadi kami memiliki lebih sedikit sumber daya untuk investasi," kata dia dikutip IRNA.

Jarif mengatakan, Iran adalah negara kaya, namun karena sanksi, negaranya tidak lagi memiliki sumber daya yang diperlukan untuk melayani orang-orang yang terkena dampak. Bahkan jika Iran memiliki kemampuan finansial untuk memasok bantuan untuk para korban, sanksi akan menghalangi pembelian obat-obatan dan peralatan medis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement