Jumat 20 Mar 2020 16:58 WIB

Mesir Tangkap Aktivis Minta Pembebasan Tahanan Saat Corona

Penjara Mesir yang kotor dikhawatirkan berpotensi menularkan virus corona.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Ilustrasi Penjara(Pixabay)
Foto: Pixabay
Ilustrasi Penjara(Pixabay)

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Mesir menangkap empat aktivis dan penulis terkemuka yang menyerukan pemerintah Mesir untuk membebaskan tahanan di tengah wabah virus corona tipe baru, Rabu (18/2) waktu setempat. Keempat aktivis perempuan ditangkap dengan tuduhan menyebarkan berita palsu.

Mereka juga dituduh melanggar larangan protes negara setelah melakukan aksi di luar gedung kabinet. Mereka yang ditahan di antaranya aktivis Mona Seif, ibu Mona yang merupakan seorang profesor, LailaSoueif, novelis Ahdaf Soueif, dan seorang profesor dan aktivis Rabab al-Mahdi. 

Baca Juga

Penangkapan itu muncul ketika Mesir berusaha untuk mempertahankan kuasanya dengan menentang perbedaan pendapat di tengah krisis kesehatan dunia. "Kami berada di depan gedung kabinet, meminta negara untuk mengambil langkah serius terkait virus korona di penjara. Seperti yang kita ketahui, penjara-penjara Mesir adalah kelompok penyakit," ujar Mona Seif melalui siaran langsung di Facebook sebelum Smartphone-nya disita pihak polisi.

 

Pengacara hak asasi manusia terkemuka, Khaled Ali mengatakan, para aktivis dirujuk ke jaksa penuntut untuk diinterogasi. Sementara, adik perempuan Mona, Sanaa Seif mengatakan dia dicegah melihat keluarganya di kantor polisi Kairo.

 

Kelompok advokasi kebebasan berbicara di London, PEN International, mengutuk penangkapan Ahdaf Soueif. "Kebebasan berekspresi di Mesir telah memburuk secara dramatis selama tujuh tahun terakhir di bawah pemerintahan Presiden Abdel Fattah el-Sisi," tulis sebuah pernyataan di situs webnya dikutip Aljazirah, Jumat (20/3).

 

Ketua organisasi kebebasan berbicara, Komite Penulis Penjara, Salil Tripathi merespon penangkapan itu melalui akun Twitternya. "Memenjarakan penulis yang berbicara kebenaran adalah trik otoriter. Mesir harus berjalan kembali meninggalkan itu," cicitnya.

 

Saudara laki-laki Mona Seif adalah blogger dan aktivis terkenal Alaa Abdel Fattah. Dia juga dipenjara September lalu setelah protes skala kecil meletus menuntut el-Sisi mundur. Dalam beberapa minggu terakhir, Mona dikenal vokal di media sosial. Dia menegaskan dalam peningkatan kesadaran tentang bahaya penularan di penjara.

 

Pada Selasa, ibunya Laila Soueif, seorang profesor Universitas Kairo, menulis surat kepada jaksa agung Mesir mendesaknya untuk membebaskan tahanan. "Satu-satunya cara untuk mencegah pusat-pusat penahanan menjadi pusat penyebaran pandemi dan membahayakan seluruh populasi negara adalah melepaskan sebanyak mungkin tahanan," tulisnya.

 

Sementara, Ahdaf Soueif adalah noveli dan Rabab al-Mahdi adalah profesor ilmu politik di American University of Cairo. Menurut kelompok hak asasi manusia, ada puluhan ribu orang yang ditahan tanpa proses hukum di negara ini karena pandangan politik mereka yang berbeda dengan pemerintah.

 

Kelompok-kelompok hak asasi manusia berulang kali mengkritik penjara-penjara Mesir karena kondisi yang penuh sesak dan tidak bersih. Human Rights Watch mengatakan bencana epidemiologis dapat dihindarkan jika pihak berwenang mengatur pembebasan tahanan secara bersyarat.

 

Media internasional Qatar Aljazirah juga meminta pemerintah Mesir untuk membebaskan Mahmoud Hussein, jurnalisnya yang telah ditahan selama lebih dari tiga tahun. Hal ini memicu kekhawatiran mendalam tentang kesehatannya di tengah wabah virus corona.

 

Penjara Mesir yang penuh sesak terkenal karena kondisinya yang tidak higienis. Penjara berpotensi menyebabkan penyebaran virus corona di antara para tahanan.

 

"Tidak dapat diterima bahwa Mahmoud telah ditahan oleh pemerintah Mesir selama hampir 1.200 hari hanya karena menjadi jurnalis dengan tuduhan tidak berdasar dan tuduhan palsu," kata penjabat direktur jenderal Aljazirah Media Network, Mostefa Souag.

 

Pada Kamis (19/3), Mesir mencatat 46 kasus infeksi Covid-19, sehingga meningkatkan jumlah kasus sebanyak 256. Kementerian mengatakan ada satu kematian lagi, sehingga jumlah kematian menjadi tujuh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement