Jumat 20 Mar 2020 16:51 WIB

Pemkab Banyumas Minta Perajin Ciu Buat Hand Sanitizer

Selama ini produksi ciu di Banyumas dilakukan secara sembunyi-sembunyi, kini dicari.

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Nur Aini
Hasil olahan minuman beralkohol (ciu), ilustrasi
Foto: Antara/Muhammad Adimadja
Hasil olahan minuman beralkohol (ciu), ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Perajin ciu di Desa Wlahar Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas, mendapat peluang usaha yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Selama ini, perajin ciu di desa tersebut  harus sembunyi-sembunyi memproduksi ciu. Namun setelah ada virus corona Covid 19 mewabah, produksi usaha mereka justru banyak dicari orang.

Bahkan Pemkab Banyumas, berencana untuk memberdayakan perajin ciu tersebut. ''Kami akan membina para perajin ciu untuk membuat hand sanitizer. Nanti sebagian hasil produksinya kita beli untuk dibagikan gratis pada masyarakat,'' kata Bupati Banyumas Achmad Husein, Jumat (20/3).  

Baca Juga

Dia menyebutkan, wilayah Desa Wlahar selama ini memang dikenal sebagai sentra penghasil ciu atau arak di Banyumas. Mereka tidak fokus memproduksi alkohol untuk kebutuhan kesehatan, karena proses pembuatannya lebih lama dan pembelinya tidak banyak. ''Karena itu mereka lebih suka memproduksi ciu, meski pun harus sembunyi-sembunyi,'' katanya.

Tokoh masyarakat Desa Wlahar, Jasmin, mengakui sudah mendapat pemberitahuan dari Bupati Banyumas, bahwa Pemkab sedang melakukan penelitian penggunaan ciu sebagai bahan baku hand sanitizer. Jika penelitian berhasil, para perajin ciu akan dibina untuk membuat hand sanitizer.

Dia juga menyebutkan, perajin ciu di desanya selama ini sudah bisa memproduksi ciu dengan kualitas alkohol cukup tinggi. Namun, bila digunakan untuk bahan baku hand sanitizer, paling tidak dibutuhkan kandungan alkohol mencapai 70 persen. ''Sebenarnya, bisa saja perajin membuat ciu dengan kandungan lebih dari 70 persen. Hanya proses penyulingannya tidak cukup satu kali, tapi sampai 2-3 kali,'' ujarnya.

Selama ini, perajin enggan membuat ciu dengan kandungan alkohol setinggi itu, karena selain prosesnya lama dan membutuhkan biaya lebih mahal, juga bisa membahayakan bila digunakan sebagai miras. ''Tapi sekarang karena banyak orang membutuhkan hand sanitizer, sudah banyak perajin yang membuat ciu dengan kandungan di atas 70 persen,'' katanya.

Saat ini, kata Jasmin, Bupati sudah meminta sampel ciu dengan kandungan alkohol di atas 70 persen, untuk dibuat hand sanitizer. Bila memang bisa dimanfaatkan, maka perajin akan diarahkan untuk membuat hand sanitizer dengan bimbingan dari Pemkab.

Bupati Achmad Husein, potensi produksi hand sanitizer di Desa Wlahar cukup besar karena di desa tersebut ada sekitar 500-600 perajin yang bisa membuat ciu. Dengan perajin sebanyak itu, dia memperkirakan ciu dengan kadar alkohol di atas 70 persen yang bisa dihasilkan, mencapai sebanyak 2.000 liter per hari.

''Ini potensi yang sangat besar, dan bisa mengatasi masalah kelangkaan hand sanitizer yang terjadi saat ini,'' katanya.

Untuk merealisasikan ide tersebut, Bupati mengaku sudah berkoordinasi dengan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) untuk pembuatan alatnya. ''Mudah-mudahan dalam waktu yang tidak lama lagi bisa diproduksi hand sanitizer dari ciu,'' katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement