Jumat 20 Mar 2020 05:22 WIB

Spanyol Prioritaskan Cegah Corona di Panti Jompo

Meninggalnya 17 orang di panti jompo membuka penyelidikan di Spanyol.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Indira Rezkisari
Wanita tampak dari jendela di Panti Jompo San Martin, di Spanyol utara, Kamis (19/3). Di sana sejumlah lansia dipastikan terinfeksi corona.
Foto: AP Photo/Alvaro Barrientos
Wanita tampak dari jendela di Panti Jompo San Martin, di Spanyol utara, Kamis (19/3). Di sana sejumlah lansia dipastikan terinfeksi corona.

REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Pemerintah Spanyol berjanji untuk mengambil langkah-langkah khusus untuk mencegah lebih banyak kematian akibat virus corona di panti jompo. Kasus penularan massal di sana meningkatkan angka kematian negara menjadi 767 pada hari Kamis (19/3). Jumlah ini naik 209 dari hari sebelumnya.

Pemerintah juga berjanji bahwa tidak seorang pun dalam situasi sulit akan dikurangi fasilitasnya karena tidak membayar. Dengan total 17.149 kasus, naik seperempat dari hari Rabu (18/3), Spanyol adalah negara yang paling terpukul kedua di Eropa setelah Italia.

Baca Juga

Saat ini pemerintah Spanyol telah memberlakukan keadaan darurat yang sebagian besar melarang berkumpulnya orang, kecuali acara penting. Pihak berwenang mengatakan 49 orang telah ditangkap karena melanggar larangan tersebut dalam beberapa jam terakhir.

"Saat-saat terberat masih akan datang, saat-saat ketika kita akan terus melihat peningkatan jumlah kasus," kata Menteri Kesehatan Salvador Illa.

Wakil Perdana Menteri Pablo Iglesias mengatakan panti jompo harus segera dilengkapi dengan fasilitas dan staf medis yang tepat. Ia menyebutnya sebagai prioritas mutlak.

Jaksa penuntut di Madrid, pusat epidemi negara itu, membuka penyelidikan pada hari Rabu (18/3) mengenai lebih dari 17 kematian terkait virus corona di panti jompo. Di sana pasien dikurung tanpa akses ke perawatan rumah sakit.

Kasus serupa lainnya dilaporkan di tempat lain dan kantor jaksa agung mengatakan pada hari Kamis bahwa mereka juga sedang menyelidiki masalah ini. Serikat perawat teknis mengatakan bahwa staf di panti jompo tidak memiliki cukup sarung tangan dan masker, dilansir dari Reuters.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement