Jumat 20 Mar 2020 05:04 WIB

Rupiah Melemah, Ini Saran Kadin kepada Pemerintah

Pemerintah diminta mengeluarkan kebijakan yang lebih tegas untuk mengontrol corona.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolandha
Teller menghitung uang rupiah di Bank Mandiri, Jakarta, Jumat (13/3).(Republika/Prayogi)
Foto: Republika/Prayogi
Teller menghitung uang rupiah di Bank Mandiri, Jakarta, Jumat (13/3).(Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyarankan, agar pemerintah melakukan intervensi moneter. Hal itu demi menjaga kestabilan mata uang rupiah. Seperti diketahui, hari ini, (19/3), nilai rupiah telah menembus Rp 15.800 per dolar AS. 

Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, intervensi moneter yang dilakukan, misalnya dengan mengatur jumlah uang beredar atau menambah reserve nasional. "Ini mungkin tidak cukup untuk mengembalikan nilai tukar ke level asumsi nilai tukar di APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara), tetapi tetap harus dilakukan dan diusahakan supaya bisa mendekati level tersebut sehingga industri tidak tertekan terlalu lama," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id pada Kamis, (19/3).

Baca Juga

Berikutnya, kata dia, Kadin kami menyarankan pemerintah agar mengeluarkan kebijakan lebih tegas dalam mengontrol penyebaran virus corona di Tanah Air. Sebab, semakin wabah ini tersebar, kepercayaan terhadap ekonomi, termasuk mata uang nasional akan semakin rendah. 

Dampak ke ekonomi pun nantinya semakin luas. Lalu tekanan terhadap ekonomi nasional juga akan semakin tinggi. 

"Jangan lupa, kontrol wabah adalah kebutuhan mendesak dari sisi kemanusiaan dan kesejahteraan masyarakat. Maka seharusnya menjadi prioritas utama pemerintah dan kita bersama," tegas Shinta. 

Baginya, pemerintah harus tegas melakukan fungsi kontrol serta containment terhadap wabah, namun pada saat sama, kontrol serta ketegasannya harus prudent dan rasional, sesuai level risiko penyebaran wabahnya. Ia menilai, yang perlu ditingkatkan saat ini yaitu kontrol serta containment wabah di kota atau daerah yg sudah memiliki pasien teridentifikasi corona, bandara-bandara, dan pelabuhan-pelabuhan antar pulau. 

"Ini bisa dilakukan massive screening terhadap Covid-19 di berbagai lokasi tersebut. Kemudian edukasi dan disiplin terhadap karantina mandiri, disinfeksi sarana publik, juga pembatasan perkumpulan orang dalam skala besar atau yang melibatkan lebih dari 100 orang, apalagi melibatkan orang dari berbagai daerah atau negara," jelas Shinta.

Shinta mengatakan, di wilayah lain di Indonesia yang belum punya penderita juga perlu dilengkapi fasilitas pendeteksi dan penanganan wabah. Tujuannya agar sewaktu-waktu ada orang yg dicurigai sebagai penderita, penanganan dan isolasi bisa efisien dilakukan secara lokal tanpa menyebarkan ke publik atau wilayah lain yang belum terjangkit. 

"Saran berikutnya, percepatan pelaksanaan stimulus ekonomi harus dilakukan. Ini khususnya perlu dimonitor stimulus perdagangan dan stimulus kredit supaya kegiatan ekonomi kita bisa berjalan senormal dan selancar mungkin," ujarnya. 

Dia menuturkan, wabah corona sendiri belum terlihat akan terkontrol dalam waktu dekat di Indonesia. Dengan begitu tekanan dan dampak terhadap ekonomi nasional pasti lebih luas dan lebih dalam dibandingkan saat ini.

"Tapi akan seluas apa atau sedalam apa belum bisa kita prediksi sekarang. Ini tergantung juga dengan respons negara lain terhadap wabah di negaranya dan di Indonesia," ujar dia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement