Kamis 19 Mar 2020 06:08 WIB

Lonjakan Kematian Tanda Mendesaknya Perluasan Tes Corona

Pemerintah mengkaji rapid test agar skala tes corona di Indonesia bisa diperluas.

Warga mengantre untuk melakukan tes corona di Poli Khusus Corona, Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA), Surabaya, Jawa Timur, Selasa (17/3/2020). (Antara/Moch Asim)
Foto: Antara/Moch Asim
Warga mengantre untuk melakukan tes corona di Poli Khusus Corona, Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA), Surabaya, Jawa Timur, Selasa (17/3/2020). (Antara/Moch Asim)

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Sapto Andika Candra, Dessy Suciati Saputri, Reuters

Jumlah kematian akibat corona di Indonesia melonjak menjadi 19 jiwa pada Rabu (18/3). Juru Bicara Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto kemarin, mengumumkan secara resmi tambahan 17 kasus kematian baru.

Baca Juga

Tambahan jumlah kematian juga diiringi akselerasi angka temuan kasus positif yang totalnya kini menjadi 277 kasus. Sebanyak 55 kasus baru yang diumumkan pada Rabu, menjadi lonjakan terbesar sejak dua kasus pertama diumumkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 2 Maret 2020.

Menurut Yurianto, saat ini sedang terjadi akserelasi penambahan jumlah orang yang terinfeksi virus corona di Indonesia. Hal itu, menurutnya lazim terjadi.

"Memang saat ini sedang akselerasi untuk menjadi semakin naik jumlah penderita. Ini kita maklumi dan menjadi gambaran yang lazim di beberapa negara lain terkait fase-fase awal dari munculnya kasus positif Covid-19," jelas Yuri dalam keterangan pers, Rabu (18/3).

Yuri beranggapan bahwa kenaikan jumlah kasus positif Covid-19 yang signifikan dalam beberapa waktu ke depan merupakan pola yang lazim terjadi di negara lain di fase awal penyebaran Covid-19. Malah, Yuri memprediksi Indonesia akan menghadapi jumlah penderita Covid-19 yang semakin bertambah pesat, namun diharapkan rentang waktunya tidak terlalu lama.

"Diharapkan pada April (2020) kita sudah melihat hasilnya dan kita berharap ini sudah mulai terkendali. Tapi saat sekarang memang betul sedang naik karena kontak tracing kita melakukan secara intens sehingga kita menemukan semakin banyak kasus ini," jelas Yuri. 

Penambahan pasien positif Covid-19, menurut Yuri, disebabkan dua hal. Pertama adalah tracing atau penelusuran terhadap siapapun orang yang sempat melakukan kontak langsung dengan pasien positif Covid-19 gencar dilakukan. Kedua, ujar Yuri, semakin tinggi kesadaran masyarakat untuk secara mandiri dilakukan pemeriksaan.

"Ini sebuah tantangan besar kita kesadaran masyarakat semakin meningkat, tentunya sarana fasilitas agar mereka bisa dicek melalui lab bisa kita tingkatkan," jelasnya.

Akselerasi kasus yang terjadi di Indonesia juga terjadi di wilayah Asia Tenggara. Jumlah total kasus di Asia Tenggara menjadi 10 kali lipat pada bulan ini. Filipina juga melaporkan kenaikan angka kematian dari tiga menjadi 17.

Salah satunya penyebab laju tambahan kasus baru corona di Asia Tenggara disebabkan oleh ratusan kasus baru yang diduga terinfeksi dari sebuah acara Tabligh Akbar di Malaysia dua pekan lalu. Satu dari dua kasus kematian di Malaysia yang diumumkan pada Selasa (17/3) adalah anggota pertemuan Tabligh Akbar. Pemerintah Malaysia bahkan sampai memperingatkan warganya terancam 'tsunami' corona jika mereka tidak mengikuti instruksi pembatasan perkumpulan atau pertemuan.

Rapid test

Juru bicara Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Halik Malik, menggambarkan lonjakan kasus pada Rabu sebagai keadaan 'luar biasa'. Sehingga menurutnya, pemerintah saat ini harus mengambil tindakan layaknya menangani kondisi pandemi, tidak seperti sebelum-sebelumnya,

Indonesia sebelumnya memang sempat dikritisi terkait kecepatan dan perluasan tes, dengan hanya 1.372 orang yang dites hingga Rabu. Padahal, WHO, pada Selasa (17/3), telah mengingatkan negara-negara di Asia Tenggara untuk "Segera mengambil tindakan berskala besar untuk memerangi wabah Covid-19."

Pemerintah Indonesia sendiri kini mulai mengkaji untuk melakukan tes cepat (rapid test) pemeriksaan virus corona. Achmad Yurianto menjelaskan, rapid test yang dilakukan ini memiliki cara yang berbeda dengan pemeriksaan yang selama ini dilakukan.

"Kami juga rapat di pagi hari bersama Menkes untuk melakukan kajian terkait rapid test seperti di negara lain. Perlu dipahami rapid test ini memiliki cara yang berbeda dengan selama ini yang kita gunakan," jelas Yurianto saat melakukan konferensi pers, Rabu (18/3).

Yurianto mengatakan rapid test ini akan menggunakan spesimen darah, dan tidak membutuhkan spesimen dari tenggorokan. Salah satu keuntungan dari rapid test ini yakni tak dibutuhkan sarana pemeriksaan laboratorium pada bio security level dua. Artinya, pemeriksaan rapid test ini dapat dilaksanakan di hampir seluruh laboratorium kesehatan yang ada di rumah sakit di Indonesia.

"Hanya permasalahannya adalah bahwa karena yang diperiksa adalah immunoglobulin maka kita membutuhkan reaksi immunoglobulin dari seseorang yang terinfeksi paling tidak seminggu. Kalau belum terinfeksi atau terinfeksi kurang dari seminggu, kemungkinan immunoglobulin akan memberikan gambaran negatif," jelas Yurianto.

Kendati demikian, masyarakat juga harus memahami pentingnya melakukan isolasi diri di rumah. Karena pada kasus positif pemeriksaan rapid test tanpa gejala atau yang memiliki gejala minimal, indikasinya harus melaksanakan isolasi diri di rumah dan dengan monitoring oleh puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat.

"Tanpa kesiapan untuk memahami dan mampu melaksanakan isolasi diri maka tentunya semua kasus positif akan berbondong-bondong ke rumah sakit padahal belum tentu membutuhkan pelayanan rumah sakit," ujar dia.

Kasus positif dari pemeriksaan rapid test ini harus dimaknai bahwa yang bersangkutan memiliki potensi untuk menularkan penyakitnya kepada orang lain. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya masyarakat melakukan isolasi diri.

Saat ini, petunjuk pedoman tentang bagaimana melakukan isolasi diri telah dibuat. Sehingga, selanjutnya pemerintah akan melakukan sosialisasi kepada masyarakat.

"Kami berharap masyarakat semakin tenang dan semakin memahami tentang apa yang harus dilakukan terkait penanganan ini," tambah Yurianto.

photo
Pembatasan Kedatangan Internasional ke Indonesia - (republika/mgrol100)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement