Selasa 17 Mar 2020 13:49 WIB

Peneliti Australia Petakan Respons Imun untuk Vaksin Corona

Temuan peneliti Australia dinilai langkah penting untuk mengembangkan vaksin corona.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Dokter patologi klinik memeriksa sampel media pembawa virus Corona untuk penelitian, ilustrasi
Foto: Umarul Faruq/ANTARA FOTO
Dokter patologi klinik memeriksa sampel media pembawa virus Corona untuk penelitian, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA — Para peneliti dari Australia’s Peter Doherty Institute for Infection and Immunity mengatakan telah berhasil memetakan respons imun dari salah satu pasien virus corona Covid-19 di negara tersebut, Selasa (17/3). Penemuan itu dianggap langkah penting untuk mengembangkan vaksin dan cara perawatan. 

Para peneliti memeriksa sampel darah dari seorang pasien wanita berusia 40-an tahun. Mereka menemukan bahwa sistem kekebalan tubuh manusia merespons virus corona dengan cara yang sama seperti melawan flu.

 

Menurut mereka, temuan tersebut dapat membantu para ilmuwan memahami mengapa beberapa pasien Covid-19 pulih sementara yang lain menyebabkan masalah pernapasan lebih serius. “Orang-orang dapat menggunakan metode kami untuk memahami respons imun terhadap Covid-19, dan juga memahami apa yang kurang pada mereka yang memiliki hasil fatal,” ujar profesor mikrobiologi dan imunologi dari University of Melbourne Katherine Kedzierska.

 

Ketika para peneliti memantau respons imun pada pasien terkait, mereka dapat secara akurat memprediksi kapan dia akan pulih. Hal itu pun terjadi. Menteri Kesehatan Australia Greg Hunt menilai hasil penelitian tersebut merupakan perkembangan besar.

 

“Ini tentang pelacakan cepat vaksin dengan mengidentifikasi kandidat mana yang paling mungkin berhasil. Ini juga tentang penelusuran terapi dan perawatan potensial untuk pasien yang telah memiliki virus corona,” kata Hunt.

 

Saat ini ,para peneliti dan pembuat obat di seluruh dunia sedang berupaya menemukan vaksin untuk Covid-19. Namun biaya investasi untuk proses tersebut ditaksir dapat mencapai 800 juta dolar AS. Meskipun penelitian dan uji coba dipercepat, vaksin dapat tercipta dalam waktu lebih dari setahun hingga persetujuan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement