Selasa 17 Mar 2020 13:21 WIB

3 Sukarelawan Ajukan Diri untuk Uji Coba Vaksin Virus Corona

Para sukarelawan bekerja di industri teknologi dan penelitian kesehatan di AS.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Neal Browning menerima suntikan dalam uji klinis studi keselamatan tahap pertama dari vaksin potensial untuk COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh coronavirus baru, Senin, 16 Maret 2020.(AP/Ted S. Warren)
Foto: AP/Ted S. Warren
Neal Browning menerima suntikan dalam uji klinis studi keselamatan tahap pertama dari vaksin potensial untuk COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh coronavirus baru, Senin, 16 Maret 2020.(AP/Ted S. Warren)

REPUBLIKA.CO.ID, SEATTLE -- Banyak masyarakat yang ingin melawan virus corona yang kini dikenal Covid-19 lebih dari sekedar cuci tangan dan jaga jarak dengan orang lain. Mereka berpartisipasi dalam uji coba vaksin Covid 19.

Tiga orang yang ikut dalam uji coba itu mengatakan suntikan vaksin baru tidak lebih sakit dibandingkan vaksin flu musiman biasa. Demi mendapatkan dosis yang tepat beberapa orang di antaranya mendapat dosis lebih besar dibandingkan yang lainnya.

Baca Juga

Mereka yang berpartisipasi dalam uji coba itu mengatakan efek samping dari vaksin itu juga diperiksa. Darah mereka dites untuk mengetahui apakah vaksin itu meningkatkan kekebalan tubuh atau tidak.

Para sukarelawan mengatakan tindakan itu bukan untuk melindungi diri sendiri. Mereka menyadari peran kecil mereka dapat membantu menemukan vaksin yang akan distribusikan ke khalayak luas.

Para sukarelawan bekerja di industri teknologi dan penelitian kesehatan. Mereka memiliki dua anak dan ketiganya bekerja di rumah untuk menghentikan penyebaran Covid 19. Mereka adalah manager operasi perusahaan teknologi kecil, teknisi jaringan di Microsoft, dan editor pusat penelitian kesehatan University of Washington.

Pada Jumat (13/3), pekan lalu Jennifer Haller masih menyiapkan sarapan untuk dua anak remajanya yang berusia 16 dan 13 tahun. Sebelum mereka berangkat ke sekolah, ia sudah pergi untuk bekerja.

Gubernur Washington menutup seluruh sekolah yang masih buka. Perusahaannya ingin semua pegawai bekerja di rumah. Pekan sebelumnya suami Haller berhenti bekerja atas alasan yang tidak ada hubungannya dengan pandemi.

Keluarga itu kehilangan setengah pendapatan mereka. Pandemi membuat pasar tenaga kerja sangat suram.

"Saya menyadari mungkin kami harus siap ia tidak bekerja selama enam bulan," kata Haller, Kamis (17/3).

Sebagai manager operasional perusahaan teknologi kecil, ia biasanya bekerja di sebuah Working Space di Seattle. Melalui Facebook, ia mengetahui Kaiser Permanente Washington Research Institute menggelar uji coba vaksin baru. Haller langsung mendaftar untuk menjadi sukarelawan.

Dua hari kemudian saat sedang makan malam di restoran Meksiko, ia mendapat panggilan telepon dari nomor tak dikenal. Telepon itu dari anggota tim uji coba vaksin.

Mereka bertanya apakah ia ingin berpartisipasi dan jika ia bersedia ia harus menjawab pertanyaan selama 15 menit. Haller menjawab bersedia dan meninggalkan makan malamnya.

"Kami semua merasa tidak berdaya, ini kesempatan yang luar biasa bagi saya untuk melakukan sesuatu," kata Haller.

Sukarelawan lainnya Neal Browning tinggal di Bothell, sebelah utara Seattle bersama tunangan dan putri-putri mereka. Ia bekerja di Microsoft, salah satu perusahaan pertama yang mengizinkan karyawan mereka bekerja di rumah.

Saat sedang berkumpul dengan tetangga-tetangganya, Browning melihat putrinya bermain tap jongkok tanpa saling menyentuh. Anak-anak itu diberitahu untuk saling jaga jarak sebagai upaya melawan penyebaran virus.

"Anak-anak dapat beradaptasi dengan mudah, jika Anda memberi mereka seperangkat aturan, mereka akan mengikutinya jika memungkinkan," kata Browning.

Browning dan tunangannya memiliki tiga orang putri yang berusia 11, 9, dan delapan tahun. Ia mengatakan anak-anaknya bangga ayah mereka bersedia menjadi sukarelawan uji coba vaksin baru.

"Setiap orang tua ingin anak-anak mereka mencontoh mereka," kata Browning.

Ia mendapat suntikan vaksin baru pada Senin (16/3). Browing meminta pada anak-anaknya agar tidak terlalu membanggakan ayah mereka secara berlebihan.

"Karena ada orang-orang lain juga, tidak hanya ayah yang ada di sana," kata Browning.

Sukarelawan ketiga Rebecca Sirull tidak bekerja untuk mendapatkan suntikan vaksin baru. Pada Desember, ia pindah dari Boston ke Seattle untuk bekerja sebagai koordinator editor Institute for Health Metrics and Evaluation.

Ia tinggal di sebuah apartemen dengan beberapa temannya. Kehidupan sosial mereka terhenti saat pemerintah menerapkan berbagai larangan. Tim olahraga frisbee yang diikuti Sirull tidak lagi bermain. "Pertandingan pertama kami dibatalkan," katanya.

Namun bagi Sirull, hal itu tidak terlalu menjadi soal. Sirull mendengar teman-temannya mengungkapkan lelucon yang menghubungkan pandemi Covid 19 dengan film-film zombie yang diproduksi Hollywood.

"Bergabung dengan uji coba vaksin adalah cara untuk berkontribusi dalam situasi seperti dengan cara yang positif, mengingat, seperti yang Anda ketahui, pedoman utama saat ini adalah tetap di rumah dan tidak melakukan apa pun, pesan yang sedikit sulit diterima bagi Anda yang ingin membantu," kata Sirull. 

 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement