Selasa 17 Mar 2020 09:11 WIB

Palestina Atasi Wabah Corona dalam Keterbatasan

Palestina berjuang menghadapi corona dan pendudukan Israel.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ani Nursalikah
Palestina Atasi Wabah Corona dalam Keterbatasan. Wanita Palestina berdiam di dalam tenda plastik dekat rumahnya yang hancur di selatan Jalur Gaza.
Foto: Mohamed Salem/Reuters
Palestina Atasi Wabah Corona dalam Keterbatasan. Wanita Palestina berdiam di dalam tenda plastik dekat rumahnya yang hancur di selatan Jalur Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Kasus virus corona yang dikonfirmasi di Palestina mencapai 39 kasus pada Senin lalu. Otoritas Palestina berupaya keras mengatasi pandemi virus corona jenis baru atau Covid-19 di tengah sumber daya yang terbatas dan lemahnya sistem perawatan kesehatan.

Sebanyak 37 pasien yang terinfeksi Covid-19 merupakan kelompok wisata religi Yunani yang mengunjungi Betlehem pada awal Maret. Mereka dinyatakan positif corona setelah kembali ke Yunani. Pihak berwenang Palestina kemudian melakukan pelacakan.

Baca Juga

Dua kasus terakhir ditemukan di Kota Tulkarem. Seorang pria yang bekerja sebagai buruh di Israel telah tertular virus corona dari atasannya.

Bos pria tersebut diketahui terinfeksi virus corona ketika berada di luar Israel. Sementara itu, kasus terakhir menimpa seorang mahasiswa kedokteran yang kembali ke Palestina pada 9 Maret dari Polandia.

Juru bicara Pemerintah Palestina, Ibrahim Melhim, mengatakan, pemerintah menjalankan multistrategi untuk mencegah penyebaran virus corona. Salah satunya adalah memberikan informasi terkini kepada masyarakat untuk mencegah informasi hoaks yang beredar. Pemerintah membuat situs resmi yang memerinci informasi tentang perkembangan kasus virus corona.

"Kami mengadakan dua konferensi pers setiap hari untuk menjaga agar media mendapat informasi dan menjaga informasi yang akurat tentang situasi kami saat ini untuk publik," kata Melhim, dilansir Aljazirah, Selasa (17/3).

Melhim menyatakan, Otoritas Palestina dan Israel telah membangun koordinasi yang baik untuk mencegah penyebaran virus korona. Namun, Israel masih menolak mengeluarkan dana yang dipotong dari pajak rakyat Palestina. Dana tersebut sangat dibutuhkan oleh Palestina untuk meningkatkan kemampuan dalam memerangi wabah virus corona.

Menhim mengatakan, sekitar 400 ribu pekerja Palestina di Tepi Barat melakukan perjalanan ke Israel setiap hari dan menimbulkan risiko serius membawa virus corona. Dia juga mengatakan bahwa Pemerintah Palestina juga memantau situasi di Jalur Gaza yang dikepung, yang berpotensi menularkan dampak buruk karena warga Palestina melakukan perjalanan ke Mesir atau bekerja di Israel.

"Kami bertempur di dua front; satu melawan pandemi dan lainnya melawan pendudukan militer brutal Israel. Tentara Israel dan pemukim Yahudi ilegal masih melakukan penutupan terus-menerus dan melakukan serangan terhadap warga sipil, yang mempersulit upaya kami dalam memerangi pandemi," kata Melhim.

Pemerintah Palestina kekurangan peralatan medis untuk merawat pasien yang terinfeksi virus corona dan kesulitan menyediakan fasilitas karantina yang memadai. Akibatnya, semua pasien dirawat di hotel-hotel lokal karena rumah sakit kekurangan tempat tidur.

Pemerintah Qatar menyumbangkan 10 juta dolar AS dan Kuwait memberikan bantuan keuangan darurat sebesar 5,5 juta dolar AS kepada Palestina untuk mengatasi wabah virus corona. Melhim mengatakan, rakyat Palestina menghargai semua bantuan dari negara-negara Arab.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement