Senin 16 Mar 2020 21:39 WIB

Jepang Perluas Larangan Perjalanan ke Banyak Negara Eropa

Jepang mendesak warganya untuk tidak melakukan perjalanan di tengah wabah corona.

Jepang mendesak warganya untuk tidak melakukan perjalanan di tengah wabah corona (Foto: ilustrasi corona jepang)
Foto: Eugene Hoshiko/AP Photo
Jepang mendesak warganya untuk tidak melakukan perjalanan di tengah wabah corona (Foto: ilustrasi corona jepang)

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Jepang berencana memperluas peringatan perjalanan ke banyak negara Eropa. Pemerintah Jepang mendesak warga tidak melakukan perjalanan ke Eropa di tengah penyebaran virus corona.

Menurut laporan NHK, dikutip reuters, Senin (16/3), Jepang akan meningkatkan anjuran perjalanan tingkat tiga, yang sudah terlebih dahulu diberlakukan pada Italia. Dengan tingkat anjuran tersebut, masyarakat diminta untuk tidak bepergian sama sekali.

Baca Juga

Para warga negara Jepang yang menjadi penduduk di sana diminta bersiap-siap untuk kemungkinan evakuasi. Negara-negara Eropa lainnya, termasuk Jerman, Prancis dan Norwegia, akan dikenai anjuran tingkat dua, yaitu permintaan agar masyarakat tidak melakukan perjalanan jika tidak penting.

Sebelumnya NHK melaporkan, adanya kenaikan kasus virus corona baru atau Covid 19 di Negeri Sakura. Kini kasus di Jepang mencapai 1.484.

Menurut NHK, peningkatannya lebih cepat dibandingkan hari sebelumnya. Pada Ahad (15/3) NHK melaporkan jumlah ini termasuk 697 orang yang terinfeksi di kapal pesiar Diamond Princess dan 14 orang yang baru pulang dari China.

Jumlah kematian akibat Covid 19 menjadi 29, naik satu dari hari sebelumnya. Berdasarkan Center for Systems Science and Engineering dari Johns Hopkins University peningkatan jumlah kasus di titik awal pandemi Covid 19 di Hubei, China mengalami perlambatan.

Pada Ahad pukul 10.45 WIB, jumlah kasus terkonfirmasi di Hubei mencapai 67.794. Namun, 54.278 pasien sudah pulih dan 3.085 meninggal dunia. Sehingga, tinggal 10.431 yang masih aktif.

Lebih sedikit dibandingkan Italia yang mengkonfirmasi 21.157 kasus. Sementara baru, 1.966 pasien yang sudah sembuh dan 1.441 meninggal dunia. Sebanyak 17.750 kasus yang masih aktif di Negeri Pisa itu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement