Senin 16 Mar 2020 09:47 WIB

IHSG Kembali Melemah pada Awal Pekan

Pergerakan IHSG sejalan dengan sebagian besar bursa saham Asia.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Karyawan mengamati layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ilustrasi (Republika/Prayogi)
Foto: Republika/Prayogi
Karyawan mengamati layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ilustrasi (Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks harga saham gabungan (IHSG) kembali bergerak di zona merah pada awal pekan ini, Senin (16/3). Pada pukul 09.10, indeks saham melemah hingga 3,6 persen ke level 4.727,58. Sementara itu, indeks LQ45 terkoreksi lebih dalam sebesar 4,7 persen.

Pergerakan saham sejalan dengan sebagian besar bursa Asia. Indeks Strait Times melemah 2,77 persen, indeks Hang Seng terkoreksi 2,26 persen, dan indeks Shanghai Composite turun 0,56 persen. 

Baca Juga

Meski IHSG melemah pada awal pekan, Direktur PT Anugerah Mega Investama, Hans Kwee, melihat IHSG masih berpotensi mengalami penguatan didorong kenaikan bursa saham Amerika dan Eropa.  "Dukungan kenaikan pasar Amerika (dan) Eropa beserta membuat kami perkirakan awal pekan IHSG akan bergerak positif," kata Hans.

Seperti diketahui, bursa utama Amerika mampu berbalik arah dan menguat cukup signifikan pada perdagangan kemarin. Indeks Dow Jones melonjak 9,36 persen, diikuti indeks Nasdaq menguat 9,35 persen, dan indeks S&P 500 naik sebesar 9,29 persen.

Sementara itu, untuk bursa dari Eropa, indeks FTSE 100 mampu menguat 2,46 persen, diikuti indeks Xetra Dax yang naik 0,78 persen.

Selain itu, menurut Hans, pergerakan pasar saham domestik pada pekan ini juga akan dipengaruhi oleh berbagai kebijakan dan stimulus yang dikeluarkan pemerintah untuk mengantisipasi dampak pandemik Covid-19. Pekan lalu IHSG merespons positif rilis kebijakan fiskal yang diperkenalkan pemerintah dan Bank Indonesia.

Otoritas moneter memangkas GWM valas dari 8 persen menjadi 4 persen. Sementara itu, stimulus fiskal jilid dua sebesar Rp22,9 trilun digelontorkan untuk membantu sektor manufaktur dan perdangangn.

Hans menyarankan para pelaku pasar sebaiknya berpikir rasional dengan melakukan pembelian ketika terjadi koreksi di pasar. Pelaku pasar juga diharapkan tidak panic buying ketika harga naik atau panic selling ketika harga turun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement