Sabtu 14 Mar 2020 12:30 WIB

Irak Kritik Serangan AS sebagai Pelanggaran Kedaulatan

AS melakukan serangan tanpa melakukan pemberitahuan ke Irak.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nashih Nashrullah
AS melakukan serangan tanpa melakukan pemberitahuan ke Irak. Kedutaan Besar AS di Baghdad, Irak. Kedubes AS di Baghdad, Irak diserang roket katyusha. Ilustrasi. (Ahmed Jalil/EPA)
Foto: Ahmed Jalil/EPA
AS melakukan serangan tanpa melakukan pemberitahuan ke Irak. Kedutaan Besar AS di Baghdad, Irak. Kedubes AS di Baghdad, Irak diserang roket katyusha. Ilustrasi. (Ahmed Jalil/EPA)

REPUBLIKA.CO.ID, KERBALA – Irak mengencam serangan udara yang dilakukan Amerika Serikat (AS) pada Jumat (13) dini hari. Peristiwa itu dinilai sebagai pelanggaran kedaulatan dan agresi yang ditargetkan terhadap angkatan bersenjata reguler negara.

Presiden Irak, Barham Salih, mengatakan berulang kali pelanggaran semacam itu dapat menyebabkan Irak menjadi negara gagal. Kondisi tersebut akan membangkitkan kembali kelompok ISIS.

Baca Juga

Kementerian Luar Negeri Irak mengumumkan rencana untuk mengajukan keluhan ke PBB atas serangan yang membunuh enam orang itu. Duta Besar Inggris dan perwakilan AS pun akan dimintai keterangan atas serangan tersebut. 

AS membela serangan udara kelima sasaran itu sah karena menyimpan persenjataan yang disediakan Iran untuk  milisi Kataib Hizbullah. 

Kelompok itu menyerang koalisi yang dipimpin AS menggunakan roket pada  Rabu di pangkalan utara Baghdad yang menewaskan pasukan AS dan Inggris. 

"Lokasi-lokasi yang kami serang ini adalah lokasi yang jelas dari pangkalan-pangkalan teroris," kata Kepala Komando Pusat Militer AS, Jenderal Marinir Kenneth McKenzie.

McKenzie justru mengancam, jika pasukan militer Irak ada di sana itu menjadi pertanda yang tidak baik. Mengingat tempat tersebut merupakan gudang milik Hizbullah yang telah bersalah karena melakukan serangan pada koalisi Washington. 

McKenzie mengatakan jumlah korban tewas akibat serangan itu terbatas. Dia mengakui bahwa sebuah bangunan terkena serangan karena dekat lapangan terbang Kerbala, tetapi tempat itu digunakan untuk menyimpan senjata. "Itu target yang jelas," katanya.

Namun, Otoritas keagamaan Irak menyatakan, warga sipil yang terbunuh dan terluka itu adalah pekerja konstruksi di lokasi pembangunan bandara di kota suci Muslim Syiah Kerbala. 

Komando Operasi Gabungan Irak mengatakan dalam sebuah pernyataan, tiga tentara, dua polisi dan satu warga sipil meninggal dunia, sedangkan empat tentara, dua polisi, seorang warga sipil, dan lima anggota milisi terluka.

"Dalih bahwa serangan ini datang sebagai respons terhadap agresi yang menargetkan pangkalan Taji adalah dalih palsu, sesuatu yang mengarah pada eskalasi dan tidak memberikan solusi," kata pernyataan Komando Operasi Gabungan Irak.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement