Jumat 13 Mar 2020 22:44 WIB

Bagaimana Seorang Muslim dalam Menyikapi Mimpi? (2)

Mimpi buruk sebaiknya tidak diceritakan.

Rep: Nashih Nashrullah/ Red: Muhammad Hafil
Bagaimana Seorang Muslim dalam Menyikapi Mimpi? . Foto: Mimpi biasanya tidak selalu baik, namun juga pertanda akan hal yang sebentar lagi terjadi. Ilustrasi(Huffingtonpost)
Foto: Huffingtonpost
Bagaimana Seorang Muslim dalam Menyikapi Mimpi? . Foto: Mimpi biasanya tidak selalu baik, namun juga pertanda akan hal yang sebentar lagi terjadi. Ilustrasi(Huffingtonpost)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagaimana dengan mimpi buruk? Syekh Nada menjelaskan, mimpi yang buruk datang dari setan. Karena itu, bila mendapatinya maka dianjurkan untuk meludah ke arah kiri sebanyak tiga kali. Selain meludah, hendaknya ia berlindung kepa da Allah dari godaan setan. Caranya cukup sederhana, dengan membaca ta’awudz.

Tak cukup hanya meludah dan membaca ta’awudz, jika melihat mimpi buruk disarankan untuk meng ubah posisi tidur. Misalnya, sebelum bermimpi tidurnya terlentang, maka setelah mendapati mimpi buruk tersebut, lebih baiknya mengubahnya ke posisi miring ke sebelah kanan bagian tubuh.

Baca Juga

Hal ini sebagaimana tertulis da lam hadis riwayat Ibn Majah dari Abu Hurairah. “Jika salah seorang dari kalian melihat mimpi yang ti dak ia sukai, hendaknya ia meng ubah posisi tidurnya, meludah ke kiri tiga kali, memohon kepada Allah kebaikan mimpi itu, dan ber lindung kepada-Nya, dari keburukannya.”

Syeh Nada mengatakan, mimpi yang buruk tidak untuk diceritakan kepada orang banyak. Hal itu telah dicontohkan oleh Rusululah. Sebuah hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah menyatakan larangan menceritakan mimpi buruk kepada khalayak. “Dan jika ia melihat yang selain itu dari mimpi yang tidak ia sukai, maka itu berasal dari setan. Hendaklah ia berlindung kepada Allah dari keburukannya dan jangan menceritakannya kepada seorang pun. Niscaya mimpi itu tidak akan memudharatkannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement