Jumat 13 Mar 2020 19:22 WIB

Uni Eropa Serukan Koordinasi Pembatasan Perbatasan

Pembatasan perjalanan di Uni Eropa harus dikoordinasikan

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Suasana Colosseum di Roma, Italia, yang sepi pengunjung pada Sabtu (7/3). Setiap pembatasan perbatasan yang diberlakukan di dalam zona perjalanan bebas Uni Eropa (UE) untuk menahan penyebaran virus corona harus dikoordinasikan. Ilustrasi.
Foto: AP Photo/Andrew Medichini
Suasana Colosseum di Roma, Italia, yang sepi pengunjung pada Sabtu (7/3). Setiap pembatasan perbatasan yang diberlakukan di dalam zona perjalanan bebas Uni Eropa (UE) untuk menahan penyebaran virus corona harus dikoordinasikan. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Setiap pembatasan perbatasan yang diberlakukan di dalam zona perjalanan bebas Uni Eropa (UE) untuk menahan penyebaran virus corona harus dikoordinasikan. Menteri Pekerjaan dan Integrasi UE Ylva Johansson menyatakan anjuran itu  untuk memastikan setiap keputusan anggota tidak kontraproduktif, Jumat (13/3).

Johansson mengatakan setiap pembatasan perbatasan harus terkoordinasi, operasional, proporsional, dan efektif. Ini mengingat virus corona telah sangat cepat menyebar di wilayah Eropa.

Baca Juga

Langkah-langkah untuk melawan penyebaran virus oleh masing-masing negara Eropa pun beragam. Republik Ceko dan Slovakia memperketat perbatasan dan Austria memperkenalkan pemeriksaan perbatasan untuk menolak masuk orang dari Italia.

Menteri Dalam Negeri Swedia Mikael Damberg menuturkan negara-negara yang memperkenalkan langkah-langkah perbatasan lebih ketat harus berhati-hati. Kondisi ini menimbang agar tidak memperburuk keadaan darurat kesehatan.

"Anda harus mengambil langkah yang tepat pada waktu yang tepat. Mereka harus menyadari bahwa sistem transportasi harus bekerja untuk bahan makanan dan perawatan kesehatan, hal-hal yang penting bagi negara-negara Eropa sehingga kita tidak membuat masalah satu sama lain dalam menangani krisis," ujar Damberg.

Swedia telah melakukan beberapa pemeriksaan perbatasan di tempat yang seharusnya menjadi zona bebas perjalanan Schengen bagi 26 negara. Kondisi ini berbeda dengan Jerman yang belum bertindak untuk memperketat perbatasannya. Jerman memilih untuk melakukan penutupan sekolah dan mengumumkan langkah-langkah meredam pukulan ekonomi pandemi.

Berbeda dengan Spanyol yang meningkatkan responsnya secara signifikan ketika infeksi melonjak pada Kamis (12/3). Negara ini menempatkan empat kota di bawah karantina dan telah memerintahkan larangan penerbangan dari Italia.

Sedangkan Menteri Dalam Negeri Kroasia, Davor Bozinovic, menggemakan seruan untuk koordinasi UE lebih sering. "Kami terlalu dekat satu sama lain. Jika kita bertindak dalam satu cara, itu akan jauh lebih baik bagi kita semua," katanya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement