Jumat 13 Mar 2020 09:02 WIB

Adakah Hal Positif dari Wabah Corona?

Wabah Corona kesempatan untuk menguatkan dalam negeri.

Esthi Maharani(doc pribadi)
Foto: doc pribadi
Esthi Maharani(doc pribadi)

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Esthi Maharani*)

 Berita soal corona belum mereda. Bahkan setiap harinya ada kabar yang membuat semakin khawatir dan waspada. Saya pun berpikir, di tengah situasi seperti ini, apakah ada hal positif yang bisa dilihat dari wabah corona? Saya cuma ingin menjaga kewarasan dan memperkecil ketakutan.

Pertama dan paling utama, saya harus berterima kasih dan menyatakan kesalutan saya pada pasien corona 01 dan pasien corona 02. Mereka adalah orang-orang yang dengan sangat berani memeriksakan diri ke rumah sakit. Dengan kesadaran untuk memeriksakan diri dengan gejala yang timbul, keduanya memberikan informasi penting sekaligus meningkatkan level keseriusan semua pihak untuk tidak menganggap remeh virus tersebut.

Entah apa jadinya kalau kedua pasien tersebut tetap merahasiakan sakitnya, enggan memeriksakan diri ke dokter, enggan ribet dengan urusan yang pasti akan panjang dibahas diberbagai lini masa. Lebih jauh lagi, jika keduanya tidak memeriksakan diri, jangan-jangan pemerintah akan tetap di fase denial atau menyangkal adanya corona di Indonesia dan menganggap semuanya baik-baik saja padahal tidak.

 

Sayangnya, terungkapnya dua kasus corona pertama di Indonesia harus dibayar dengan privasi pasien yang hilang dan mental pasien yang ‘diganggu’. Meskipun harus pula diakui setelah agak kebablasan dengan pasien corona 01 dan corona 02, Indonesia –baik pemerintah dan warganya- belajar untuk menghargai identitas dan menjaga pasien corona. Harapan lebih jauhnya tentu saja pasien-pasien itu bisa dirawat dengan baik dan warga pun menjadi tahu harus berbuat apa.

Hal lain yang menarik perhatian saya adalah mulai meningkatnya kesadaran untuk menjaga kebersihan diri. Padahal ini sudah sering digaungkan bahkan sejak zaman nabi. Tapi, ya namanya manusia, suka lupa dan kadang menyepelekan kebersihan. Level bersih-bersih pun meningkat dari segala sektor dari yang paling personal hingga yang sifatnya massal.

Setiap orang mulai rajin cuci tangan, memperhatikan adab bersih dan batuk di ruang public, membersihkan tempat yang jadi hilir mudik warga, menyediakan cairan antiseptic diberbagai sudut baik di transportasi umum maupun perkantoran, dan cara-cara lain demi mencegah dari tertularnya corona. Pola hidup bersih sehat (PHBS) pun jadi pedoman yang kali ini benar-benar diperhatikan khalayak, dan bukan lagi sesuatu yang sifatnya himbauan.

Lalu soal polusi udara yang turun, setidaknya di China. Dari pantauan NASA, tingkat polusi udara telah turun seperempat dari Januari-Februari. Tingkat polutan utama yang biasa disemburkan kendaraan bermotor dan cerobong pabrik yakni nitrogen dioksida (NO2) turun hingga 30 persen. Badan antariksa tersebut mencatat bahwa penurunan taraf polusi bersamaan dengan jutaan orang dikarantina serta larangan terhadap aktivitas bisnis dan transportasi.

"Ini adalah penurunan dramatis yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Lauri Myllyvirta, kepala analis Centre for Research on Energy and Clean Air, NASA.

Dengan turunnya polusi udara, setidaknya bumi sedikit bisa bernafas dan tidak terbebani polutan. Dengan kualitas udara yang agak membaik, bisa mempengaruhi kesehatan warga dunia. Ya walaupun tidak menutup mata juga pertumbuhan dan pergerakan ekonomi terhambat karena jalur distribusi dan transportasi yang terbatas.

Satu lagi, dengan wabah corona ini, saya sejujurnya berharap pemerintah lebih memperhatikan dan memberdayakan masyarakat di dalam negeri. Bukan sibuk mencari cara agar turis datang dan memberi promo gila-gilaan, atau mencari negara pengimpor baru selain China, melainkan mengoptimalkan potensi dalam negeri dengan sebaik-baiknya.

Toh, masyarakat Indonesia juga mampu kok jalan-jalan di dalam negeri. Banyak destinasi impian yang ingin dituju tapi sulit dijangkau karena harga yang tinggi atau infrastruktur yang belum memadai. Sumber daya alam (SDA) Indonesia juga melimpah sehingga tidak perlu sebentar-sebentar impor. Belum lagi sumber daya manusia (SDM) yang kreatif luar biasa. Semuanya ada di Indonesia kok. Kalaupun corona ini jadi menghambat devisa, tetapi ini bisa jadi kesempatan emas untuk mengupgrade bangsa sendiri agar suatu hari nanti tidak tergantung pada negara lain, dalam hal apapun.

*) Penulis adalah jurnalis republika.co.id

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement