Jumat 13 Mar 2020 07:08 WIB

Kekuatan Elemen Komedi Imbangi Cerita Datar My Spy

Film laga komedi "My Spy" yang dibintangi Dave Bautista segera tayang di bioskop.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Film
Foto: Dok STXFilms
Film "My Spy" lebih terasa sebagai komedi ketimbang laga.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyuka sinema laga mungkin akan sedikit kecewa saat menyimak My Spy yang bakal segera tayang di bioskop Indonesia. Dengan mengusung genre laga komedi, nyatanya elemen aksi dalam film ini tidak begitu memuaskan.

Adegan laga seolah dimaksudkan sebagai kelucuan, karena My Spy lebih mengedepankan komedi. Kesan demikian sudah terlihat sejak awal durasi yang menunjukkan aksi perkelahian dan baku tembak tokoh utama agen mata-mata bernama JJ (Dave Bautista).

Baca Juga

Dalam sebuah misi khusus, JJ berhadapan dengan penjahat yang sudah mencurigai penyamarannya. Di tengah kondisi terdesak, JJ berhasil mengalahkan seluruh komplotan. Walau demikian, aksinya itu terlihat mustahil dan terlalu mudah dilakukan.

Tubuh-tubuh jatuh bergelimpangan dalam efek gerakan lambat terkena tembakan JJ yang presisi. Ada ledakan dahsyat, kejar-kejaran mobil, dengan latar suara lagu-lagu lawas. Sejak awal, kesan laga sebagai lelucon tidak bisa dikesampingkan.

 

Jalan cerita sepanjang film terasa datar-datar saja tanpa gebrakan berarti. Alur serupa sudah pernah ada dalam sinema mata-mata lain atau tayangan animasi. Jalinan konflik My Spy dengan mudah diprediksi akan mengarah ke mana.

Terdapat banyak celah cerita yang menimbulkan kesan kemustahilan. Misalnya, hampir tidak mungkin penyamaran agen CIA bisa ketahuan oleh anak berusia sembilan tahun dengan begitu mudahnya, bahkan hampir dibocorkan via streaming.

Sutradara Peter Segal mengimbangi itu dengan menonjolkan elemen komedi. Penonton pun dapat memaklumi dan tidak terlalu keberatan dengan jalan cerita, selama ada momen-momen pembangkit tawa. Meskipun, sebagian komedi cenderung tersegmen.

Beberapa dialog kocak mengacu pada adegan ikonik film populer lain atau produk kultur pop tertentu. Akibatnya, tawa menjadi tidak merata. Sebagian penonton yang tidak memahaminya hanya terbengong-bengong saja sementara satu bioskop terbahak lepas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement