Kamis 12 Mar 2020 10:16 WIB

Buwas: Bulog akan Olah Gabah Petani Jadi Beras Premium

Bulog saat ini masih fokus untuk mempercepat penjualan beras di gudang.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Karyawan memeriksa stok beras di Gudang Bulog Subdrive Indramayu, Jawa Barat, Rabu (11/3/2020).(Antara/Dedhez Anggara)
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Karyawan memeriksa stok beras di Gudang Bulog Subdrive Indramayu, Jawa Barat, Rabu (11/3/2020).(Antara/Dedhez Anggara)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menyatakan akan melakukan penyerapan gabah petani dalam bentuk gabah seutuhnya dan tidak lagi menyerap beras siap konsumsi dari petani. Gabah tersebut akan diolah menjadi premium untuk memperkuat daya saing beras Bulog di pasar bebas.

"Kita akan serap sebanyak mungkin dan kita olah menjadi beras premium. Next, Bulog tidak lagi memproduksi beras medium," kata Buwas, sapaan akrabnya, di gedung Kemenko Perekonomian, Rabu (11/3).

Buwas mengatakan, beras medium Bulog selama ini kerap menjadi biang masalah. Kualitasnya yang dinilai kurang baik oleh publik dimanfaatkan oleh oknum mafia beras. Tujuannya untuk melemahkan daya saing beras Bulog. Bahkan, kata Buwas, ada yang mengoplos beras medium bulog dengan beras lainnya yang berkualitas buruk.

"Dari pengalaman yang sudah-sudah, Bulog hanya akan produksi beras premium," ujar Buwas.

Namun, sebelum itu, Buwas mengatakan bahwa Bulog terlebih dahulu harus menghabiskan stok beras medium yang masih tersimpan di gudang. Adapun total stok beras Bulog di seluruh gudang yang tersebar di Indonesia sebanyak 1,5 juta ton. Beras itu akan dihabiskan melalui kegiatan operasi pasar dalam menyambut bulan puasa.

Hingga saat ini, kata Buwas, pihaknya masih fokus untuk mempercepat penjualan beras Bulog di gudang. Tujuannya agar kapasitas gudang untuk menyimpan gabah baru dari petani bisa ikut besar. Makin banyak beras yang keluar, makin besar gabah yang bisa diserap oleh Bulog.

Harga penyerapan gabah petani, kata Buwas, sesuai aturan pemerintah adalah Rp 3.700 per kilogram hingga Rp 4.070 per kilogram. "Jadi, sekarang mau panen raya. Nah, ini kan banyak, tentu hasilnya melimpah. Harganya juga pasti akan jadi rendah. Jadi, harga pemerintah masih bisa dipakai," ujarnya.

Soal berapa banyak gabah yang bisa diserap Bulog, Buwas enggan memastikan. Pasalnya, pihaknya masih harus melihat perkembangan situasi panen di setiap sentra beras sekaligus pergerakan harga di tiap-tiap daerah.

"Dari total jumlah gabah yang dipanen, minimal 10 persen kita bisa serap. Minimal," ujarnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement