Rabu 11 Mar 2020 15:36 WIB

Australia Enggan Spekulasi Jumlah Infeksi Virus Corona

Australia telah melaporkan 112 kasus virus corona dengan tiga kematian.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
(Ilustrasi) Petugas Kesehatan di Rumah Sakit Pusat
Foto: The Central Hospital of Wuhan via Weibo/Hando
(Ilustrasi) Petugas Kesehatan di Rumah Sakit Pusat

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA — Pemerintah Australia enggan berspekulasi atau memprediksi tentang jumlah warganya yang terinfeksi atau meninggal akibat virus corona jenis baru, Covid-19. Sejauh ini, Negeri Kanguru telah melaporkan 112 kasus Covid-19 dengan tiga korban jiwa.

“Kami tidak pada tahap ini dalam posisi untuk mengeluarkan angka-angka tertentu karena pemodelan telah berkembang sepanjang waktu,” ujar Menteri Kesehatan Australia Greg Hunt pada Selasa (10/3), dikutip laman the Guardian.

Baca Juga

 

Saat menyampaikan hal itu, Hunt didampingi wakil kepala petugas medis Australia Paul Kelly. Menurut Kelly, pihaknya telah mendapatkan pemodel terbaik di Australia guna melihat berbagai skenario terkait wabah Covid-19. “Tapi seperti yang dikatakan Menteri Hunt, hal terpenting saat ini adalah menemukan kasus, menemukan kontak, dan mengisolasi. Itulah cara kami memperlambat epidemi dan mengurangi jumlah kasus di komunitas kami,” ucapnya.

 

Dalam beberapa hari terakhir, sejumlah peneliti di Australia telah membuat berbagai prediksi tentang seberapa luas dampak wabah Covid-19. Termasuk proyeksi bahwa hingga 70 persen warga Australia dapat terinfeksi dan 400 ribu orang mungkin meninggal akibat virus tersebut.

 

Ketua The Infection Prevention and Control Expert Advisory Group Prof Lyn Gilbert mengatakan prediksi atau perkiraan-perkiraan tersebut acap kali sangat berbeda. Dia menganjurkan masyarakat tak seketika mempercayai angka-angka itu.

 

“Ada sekelompok pemodel melakukan banyak pekerjaan menginformasikan keputusan pemerintah, tapi angka-angka spesifik tidak disebutkan oleh pemerintah karena alasan yang baik, karena semua orang mengakui pemodelan pada tahap epidemi ini memiliki keterbatasan,” kata Gilbert.

 

Menurut dia terlalu rumit untuk menempatkan angka dalam domain publik tanpa bisa menjelaskan berdasarkan data apa pun. “Dan juga asumsi apa yang dibuat tentang kebijakan yang diterapkan, yang juga membuat perbedaan dalam hal berapa lama waktu yang dibutuhkan transmisi lokal terjadi dan kapan wabah akan memuncak. Pemerintah membuat keputusan berdasarkan berbagai kemungkinan serta faktor lain yang mungkin berubah,” ucapnya.

 

Dokter penyakit menulai Prof Peter Collignon bahkan menyebut angka-angka prediksi infeksi serta kematian akibat Covid-19 di Australia sebagai sampah. “Kita tidak memiliki cukup parameter untuk melakukan pemodelan yang akurat dan saya masih berpikir itu masalahnya,” kata dia.

 

Collignon mengungkapkan saat ini Australia masih belum memiliki tes antibodi. Tes saat ini adalah tes PCR, yang menguji materi genetik virus. “Masalahnya adalah Anda hanya benar-benar menjemput orang dengan gejala dan bukan penyakit yang lebih ringan. Anda tidak dapat menyempurnakan pemodelan hingga ada data yang lebih akurat,” ujarnya.

 

Setelah tes antibodi dikembangkan, para peneliti akan memiliki indikasi yang lebih baik dari tingkat infeksi dan kematian yang sebenarnya. “Apa yang kita ketahui adalah bahwa orang yang lebih tua memiliki peluang kematian jauh lebih tinggi bahkan tanpa memiliki semua penyebutnya. Semakin tua Anda, semakin berisiko Anda. Itu cukup jelas,” ucap Collignon.

 

Kendati demikian, dia menilai itu bukan alasan untuk panik dan melakukan hal yang berlebihan. “Adalah konyol untuk mengatakan tidak perlu khawatir, tapi itu berbeda dengan panik serta melakukan hal-hal yang tidak pantas, seperti pembelian panik,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya