Rabu 11 Mar 2020 11:50 WIB

Universitas di AS Gelar Kuliah Online untuk Hindari Corona

Universitas Harvard hingga Columbia University di AS menggelar sistem kuliah online.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Universitas Harvard di AS(harvard.go)
Foto: harvard.go
Universitas Harvard di AS(harvard.go)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Puluhan perguruan tinggi di seluruh Amerika Serikat (AS) mengubah sistem belajar mengajar dari tatap muka langsung ke sistem online. Perubahan itu dilakukan sebagai upaya untuk mencegah penyebaran virus corona atau Covid-19 di lingkungan kampus.

Peralihan sistem belajar mengajar tersebut dilakukan di beberapa negara bagian yang paling terdampak dengan wabah virus corona, di antaranya Kalifornia, New York, dan Washington. Pada Selasa lalu, Universitas Harvard meminta seluruh mahasiswa agar tidak kembali ke kampus setelah liburan musim semi. Mereka akan menerima perkuliahan melalui sistem online mulai 23 Maret.
 
"Tujuan dari perubahan ini adalah untuk meminimalkan berkumpulnya orang-orang dalam kelompok besar dan menghabiskan waktu cukup lama seperti di kelas, kantin, dan tempat lainnya," ujar pernyataan Universitas Harvard.
 
Kampus lainnya seperti Columbia University, Princeton University, Stanford University, the Ohio State University, the University of Southern California, dan University of Washington juga melakukan hal serupa. Mereka menyebut sistem baru ini sebagai tindakan "menjauhkan diri dari lingkungan sosial".
 
Princeton Univesity di New Jersey mengatakan semua kegiatan kuliah, seminar, dan kursus akan beralih secara online setelah libur musim semi minggu depan. Instruksi peralihan sistem belajar mengajar secara online ini berlaku hingga 5 April. Sementara Stanford University telah membatalkan semua jadwal kuliah, dan Ohio State University juga menangguhkan jadwal kelas hingga 30 Maret. 
 
Seorang lulusan dari Georgetown University, Bryan Alexander mengatakan, sebagaian besar perguruan tinggi di AS memiliki infrastruktur teknologi yang memadai untuk melakukan sistem kelas online. Namun, beberapa fakultas kemungkinan mengalami kesulitan karena mereka tidak terbiasa dengan sistem perkuliahan secara online. Selain itu, tidak semua mahasiswa memiliki akses dan fasilitas yang memadai di rumah mereka untuk mengikuti sistem perkuliahan online.
 
"Kesulitannya adalah fakultas yang tidak memiliki pengalaman dalam mengajar online, mereka harus bergeser dengan cepat. Tidak semua siswa akan memiliki akses ke teknologi yang memadai. Jika di rumah mereka tidak memiliki broadband yang baik, perangkat keras yang tepat, ini bisa menjadi masalah," ujar Alexander, dilansir Aljazirah.
 
Perubahan sistem perkuliahan ini telah mengejutkan sejumlah mahasiswa. Salah satunya yakni Tom Osborn (24 tahun) mahasiswa Harvard yang berasal dari Kenya. Menurutnya, sistem perkuliahan online tidak sesuai dengan mahasiswa internasional atau mahasiswa yang harus pergi praktik ke laboratorium.
 
"Ini sangat kacau sekarang, kita tidak tahu apa yang sedang terjadi sekarang," ujar Osborn.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement