Selasa 10 Mar 2020 23:16 WIB

Mengenal Zakiah Daradjat, Pelopor Psikolog Islam (2)

Zakiah Daradjat disebut sebagai pelopor psikolog Islam.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
 Prof Zakiah Daradjat(wordpress.com)
Foto: wordpress.com
Prof Zakiah Daradjat(wordpress.com)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam berdakwah Zakiah Daradjat tak mengenal Lelah. Bahkan, dia bisa berceramah lima sampai enam kali dalam sehari saat usianya masih 31 tahun. Dia berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya untuk mensyiarkan agama Islam.

Dia tak hanya terampil dalam berdakwah, tapi juga produktif alam menulis. Selama hidupnya, dia telah menghasilkan puluhan buku mengenai psikologi dan agama. Di antaranya, bukunya yang berjudul "Kesehatan Mental" yang diterbirkan pada 1969, "Ilmu Jiwa Agama" terbit pada 1970, dan buku "Problem Remaja Indonesia" pada 1974.

Baca Juga

Selain itu, Zakiyah juga pernah mendapat sejumlah penghargaan atas prestasinya di bidang pendidikan. Pada 1965, Zakiyah mendapat medali ilmu pengetahuan dari Presiden Mesir  Gamal Abdul Nasir. Penghargaan itu diberikan pada saat upacara Hari Ilmu Pengetahuan.

Menjelang akhir hayatnya, Zakiah Daradjat masih aktif mengajar, memberikan ceramah, dan membuka konsultasi psikologi. Hingga akhirnya dia wafat di Jakarta dalam usia 83 tahun pada 15 Januari 2013 silam. Almarhumah dimakamkan di Kompleks UIN Ciputat.

Zakiah memang merupakan seorang psikolog muslim. Namun dia juga memiliki perhatian yang luar biasa terhadap pendidikan Islam. Karena itu, Zakiah turut melahirkan pemikiran di bidang pendidikan Islam.

Pemikiran pendidikannya cenderung ke arah pendidikan jiwa, khususnya terkait kesehatan mental. Zakiah memandang bahwa pendidikan harus mencakup kehidupan manusia seutuhnya, tidak hanya memperhatikan segi akidah dan ibadah saja, tapi juga memperhatikan segi akhlaknya.

Pemikiran Zakiah Daradjat di bidang pendidikan agama banyak mempengaruhi wajah sistem pendidikan di Indonesia. Dia termasuk salah seorang tokoh yang mendorong lahirnya kebijakan pembaruan madrasah.

Melalui surat keputusan Menteri Agama, Mendikbud, dan Mendagri, Zakiah menginginkan peningkatan penghargaan terhadap status madrasah. Salah satunya dengan memberikan pengetahuan umum 70 persen dan pengetahuan agama 30 persen, sehingga lulusan madrasah bisa diterima di sekolah maupun perguruan tinggi umum.

Sementara, ketika menempati posisi sebagai Direktur di Direktorat Perguruan Tinggi Agama, Zakiah juga banyak melakukan sentuhan bagi pengembangan perguruan tinggi agama Islam. Salah satu contoh, untuk mengatasi kekurangan guru bidang studi umum di madrasah-madrasah, Zakiah membuka jurusan tadris di IAIN.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement