Selasa 10 Mar 2020 16:39 WIB

Haji, Ihram, dan Kesederhanaan

Haji mabrur tiada balasannya kecuali surga.

Ilustrasi jamaah haji (Republika/mgrol101)
Foto: Republika/mgrol101
Ilustrasi jamaah haji (Republika/mgrol101)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Prof Dr Achmad Satori Ismail

Haji mabrur tiada balasannya kecuali surga. (HR at-Thabrani dari Ibnu Abbas). Seseorang yang mabrur hajinya sudah barang tentu akan berperilaku ahli surga di dunia. Ciri-ciri ahli surga secara global adalah ketakwaan dalam hidup. Sedangkan rincian sifat-sifat muttaqin, banyak disebutkan dalam al-Quran. (Lihat QS al-Baqarah [2]: 2-4, Ali Imran [3]:133-135).

Baca Juga

Amalan ahli surga semuanya dicintai Allah berbeda dengan ciri ahli neraka. Di antara sifat ahli neraka adalah  hidup bermewah-mewahan.  "Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu. Dalam (siksaan) angin yang amat panas dan air yang panas yang mendidih, dan dalam naungan asap yang hitam. Tidak sejuk dan tidak menyenangkan. Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewah-mewah." (QS al-Waqi'ah; 41-45). 

Bermewah-mewahan dalam hidup akan berdampak negatif bagi dirinya dan masyarakat. Sebab, pertama, menyebabkan kurang taat menunaikan kawajiban agama. Kedua, mencari-cari pendapat ulama yang paling ringan dalam segala hal. Dan mudah menerjang yang haram. Ketiga, bergelayut dengan hal-hal yang remeh-temeh. 

Keempat, menimbulkan kerasnya hati, sering melupakan ilmu karena tenggelam dalam kemewahan. Kelima, jarang melakukan muhasabah (evaluasi diri). Keenam, kurang mampu menanggung beban hidup yang berat dan menghadapi berbagai ujian. Ketujuh, orang yang bermewah-mewahan sering menyimpang dari jalan yang benar, sombong, dan meremehkan orang lain. 

Kemewahan dalam hidup bisa menggelincirkan dirinya dalam korupsi, kolusi, dan nepotisme. Oleh sebab itu, Islam melarang bermewah-mewahan dalam hidup. "Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan, dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (QS al-A'raf [7]; 31). Rasulullah menegaskan,  Makanlah, minumlah, berpakaianlah, dan bersedekahlah tanpa berlebihan dan kesombongan.(HR Ahmad dan Abu Daud).

Haji disyariatkan agar umat Islam mengambil banyak manfaat dan hikmah ( QS al-Hajj [22]; 27-28). Di antara hikmahnya adalah menanamkan dalam diri kita agar memperbanyak zikir, mempererat ukhuwah, membiasakan kesabaran, mengikis rasa kesombongan, mengokohkan kesederhanaan dalam hidup, dan menjauhi kemewahan. 

Salah satu rukun haji adalah ihram. Saat ihram, laki-laki mengenakan dua helai kain putih yang dijadikan sebagai sarung dan selendang. "Hendaklah salah seorang dari kalian berihram dengan menggunakan sarung dan selendang serta sepasang sendal." (HR Ahmad: 2/34). Diutamakan kain yang berwarna putih, berdasarkan sabda Rasulullah SAW, "Sebaik-baik pakaian kalian adalah yang berwarna putih, maka kenakanlah dia dan kafanilah mayat kalian dengannya." (HR Ahmad). 

Adapun wanita, ia tetap memakai pakaian wanita yang menutup semua auratnya, kecuali wajah dan telapak tangan. Selama ihram tidak diperbolehkan memakai wangi-wangian kendati tetap harus bersih dan suci.

Semuanya itu bertujuan untuk menanamkan kesederhanaan dalam hidup. Kemabruran haji jamaah yang baru pulang dari haji akan dibuktikan dengan ketakwaan dan kehidupan sederhana setelahnya sampai akhir hayat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement