Senin 09 Mar 2020 23:55 WIB

Melacak Akar Ilmu Ceramah dalam Peradaban Yunani dan Romawi

Ceramah merupakan seni tersendiri dalam peradaban Yunani dan romawi.

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Nashih Nashrullah
 merupakan seni tersendiri dalam peradaban Yunani dan romawi. Ilustrasi Penceramah(dok. Republika)
Foto: dok. Republika
merupakan seni tersendiri dalam peradaban Yunani dan romawi. Ilustrasi Penceramah(dok. Republika)

REPUBLIKA.CO.ID, Pengaruh seni dalam kehidupan manusia setua usia kebudayaan. Kemampuan memikat lawan bicara melalui kata-kata dan bahasa tubuh mutlak dimiliki figur pemimpin komunitas. Belakangan, kalangan sejarawan berupaya melacak kemunculan retorika sebagai sebuah disiplin kajian. 

Menurut pakar teori retorika dari Massachusetts Institute of T Technology (MIT), Edward Schiappa, di dalam bukunya, The Beginnings of Rhetorical Theory in Classical Greece (1999), istilah retorika pertama kali muncul dalam Gorgias karya Plato sekitar 380 tahun sebelum masehi (SM). 

Baca Juga

Sejak saat itu, retorika merujuk bukan hanya pada persoalan seni memengaruhi orang melalui ujaran lisan, melainkan teknik-teknik demikian yang disajikan secara tertulis. Budaya Yunani Kuno juga menjadi tonggak penting peralihan budaya lisan kepada budaya tulisan di kawasan Eropa.

Dalam buku Greek Political Theory (1970), dijelaskan bahwa pada zaman Yunani Kuno, orasi disampaikan dalam konteks pembelaan di pengadilan. Tujuannya mempertahankan klien atau diri orator sendiri dari segala tuduhan yang dialamatkan kepadanya. 

Selain itu, orasi juga dilakukan ketika acara pemakaman sosok-sosok pemimpin terkemuka. Misalnya, ketika negarawan yang membawa Athena pada masa keemaasan, Pericles meninggal dunia pada 429 SM. Dalam kesaksian sejarawan kuno Thucydides (460-400 SM), Pericles sendiri dikenal sebagai orator yang memikat massa.

Kebanyakan orator ulung, yang dikenang bahkan hingga saat ini, berasal dari Athena. Dalam catatan tertulis yang tersisa, teks-teks orasi dapat dilacak hingga abad kelima SM. Keunggulan Athena dapat dimengerti lantaran karakteristik masyarakatnya yang cukup vokal. 

Seperti diketahui, dalam zaman Yunani Klasik ada dualisme yang saling bertentangan antara Athena dan Sparta. Yang pertama itu merintis publik yang demokratis dan berpikiran terbuka, sedangkan yang belakangan tersebut cenderung militeristik dan kaku. Perang Peloponesia pada 431-404 SM merupakan puncak pertentangan kedua bangsa ini.

Teks orasi pada mulanya berupa sajak yang dibacakan dengan lantang di muka umum. Belakangan, bentuk prosa muncul bersamaan dengan memuncaknya sikap demokratis dan kebebasan politik masyarakat Athena pada abad kelima SM. Beberapa nama dapat disebutkan di sini. Misalnya, Protagoras, Hippias, Prodicus, dan Gorgias. Mereka semua unggul dalam hal memikat massa melalui ujaran lisan mereka. Kebanyakan konsen pada soal-soal politik warga negara dan pembelaan terdakwa di pengadilan. 

 

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement