Senin 09 Mar 2020 07:37 WIB

Rempah-Rempah Jadi Barang Buruan di Pasar

Berbagai jenis tanaman obat keluarga lebih berkhasiat menangkal serangan virus.

Rep: Nugroho Habibi/Antara/ Red: Bilal Ramadhan
Pedagang menunjukkan temulawak dan jahe di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis (5/3/2020).
Foto: Antara/Asprilla Dwi Adha
Pedagang menunjukkan temulawak dan jahe di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis (5/3/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, Harga jual jahe merah melonjak naik hingga Rp100 ribu per kilogram (kg) kg di Pasar Senen, Jakarta Pusat, menyusul positifnya dua warga negara Indonesia terpapar virus Corona awal pekan ini. Pedagang sayur di Pasar Senen, Haerudin Mustafa, mengatakan, sudah menjual empon-empon (bumbu dapur) dengan harga relatif tinggi karena banyaknya permintaan dari pembeli sedangkan pasokan dari Kramat Jati terbatas.

"Jahe merah Rp 100 ribu per kg, awalnya Rp 40 ribu, naik dari tiga hari lalu. Banyak yang beli, enggak sesuai sama pasokan terus, katanya buat obat," kata Haerudin.

Temulawak pun dijual Haerudin dari harga normal Rp 20 ribu naik menjadi Rp 40 ribu per kg. Sejumlah pembeli mengaku kepada Haerudin bahwa empon-empon seperti jahe, temulawak dan lainnya bagus untuk menjaga kesehatan sehingga diharapkan bisa menangkal virus Corona.

Pedagang sayur lain, Veni Gunawan, mengatakan, bahwa empon-empon paling ramai dicari dan dia membatasi pembelian komoditas itu maksimal satu kg. "Empon-empon tuh yang lagi rame-ramenya, biasanya pelanggan beli dari 0,5 kg hingga satu kg," kata Veni.

Veni menjual jahe merah dengan harga relatif sedang meskipun ada kenaikan harga yakni Rp40 ribu per kg. "Saya jual jahe merah Rp 40 ribu per kg, naik Rp 10 ribu," kata Veni sambil melayani pelanggan.

Agus Tami, mengungkapkan, bahwa penjualan jahe merah di tempatnya laku habis hampir tiga hingga empat kg. "Jahe merah laku, sehari bisa habis hampir tiga sampe empat kg, udah dari dua hari lalu. Saya jual Rp 55 ribu per kg," kata Agus.

Zulfiansah (36 tahun), warga Cibinong, Bogor sengaja mencari empon-empon yang terdiri dari temulawak, jahe, kunyit, kencur, dan sereh sebagai ramuan. Dia mengaku, mengetahui resep itu dari media daring yang telah dibacanya.

"Agar daya tahan tubuh kuat dari virus corona, antisipasi saja," kata Zulfiansah saat ditemui di Pasar Tradisional Cibinong Bogor, Ahad (8/3).

Sebelum diumumkan dua warga Depok positif corona, Zulfiansah sama sekali tak mengkonsumsi empon-empon. Hanya saja, setelah mengetahui khasiat empon-empon ia segera berbelanja bahan ke pasar tradisional terdekat.

Sayangnya, ia tak lagi menemukan jahe merah di pasar. Ia harus mengganti jahe merah dengan jahe biasa. Padahal pada tiga hari lalu, ia masih mendapatkan jahe merah di pasaran.

Harga rempah-rempah di Pasar Cibinong mulai mengalami kenaikan pada Rabu (4/3). Tercatat, harga jahe merah naik Rp 15 ribu menjadi 60 ribu per kilogram (kg). Jahe biasa juga naik Rp 5 ribu dari yang awalnya Rp 35 ribu menjadi Rp 40 ribu per kg. Terakhir, gula merah yang menjadi pelengkap juga mengalami kenaikan dari yang mulanya Rp 13 ribu menjadi Rp 17 ribu per kg.

Jahe merah saat ini tak lagi dapat ditemukan di Pasar Cibinong. Banyaknya permintaan menyebabkan kelangkaan dan mahal harga jahe merah. Sehingga, pedagang memilih untuk tak mengambil komoditi tersebut.

"Tadi ditawari oleh bandar dengan harga Rp 70 ribu enggak berani ambil. Belum jualnya, takut diomelin sama pelanggan," kata Kusnadi (45 tahun), pedagang rempah-rempah di Pasar Cibinong.

Kusnadi menjelaskan normalnya, harga jahe merah hanya Rp 40 ribu per kg. Namun, lantaran adanya resep empon-empon untuk menangkal virus corona, harga jahe merah melambung.

Akan tetapi, sejumlah komoditi tak mengalami kenaikan, seperti sereh dan biang kunyit. Dia menyebut, bumbu dapur tetap dapat dibeli dengan harga Rp 2.000 per satu bungkus. "Isinya kunyit, jahe, lengkuas, salam dan sereh," kata Kusnadi sambil menunjukkan satu paket bumbu dapur yang dibungkus dengan plastik.

Dokter spesialis pulmonologi dan kedokteran respirasi, Frans Abednego Barus memaparkan, berbagai jenis tanaman obat keluarga lebih berkhasiat menangkal serangan virus dibandingkan masker. "Sebenarnya banyak jenis tanaman obat keluarga (toga), di antaranya jahe merah, lengkuas, sereh, daun tembakau itu biasa kita gunakan, itu ramuan jamu silakan gunakan," kata Frans.

Dokter praktik di Rumah Sakit UKI, OMNI Pulomas dan Hermina itu menyebutkan, fenomena memborong masker di tengah wabah corona (Covid-19) hanya sebagai obat "penenang hati". Frans mengatakan, masker tidak mungkin memproteksi kesehatan seseorang hingga 100 persen.

Penggunaan masker, kata Frans, efektif, mencegah kontaminasi virus sekitar 50 hingga 60 persen, tergantung jenisnya. Namun masyarakat diimbau untuk lebih sering mengonsumsi obat-obatan jenis herbal seperti toga karena sebagian di antaranya telah teruji secara klinis berfungsi sebagai obat medis.

"Gunakan yang sudah terbukti, seperti temulawak sudah jadi obat atau kita kenal sebagai curcuma. Tadinya bahan jamu gendong penambah nafsu makan, sekarang digunakan sebagai tablet nafsu makan," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement