Jumat 06 Mar 2020 12:33 WIB

Wabah Corona tak Ganggu Manufaktur Mobil

Wabah corona hanya berdampak terhadap penjualan.

Rep: Eric Iskandarsjah Z/ Red: Dwi Murdaningsih
Seorang model berpose di depan truk yang dipamerkan di pameran kendaraan komersial, Gaikindo Indonesia International Commercial Vehicle Expo (GIICOMVEC) di Jakarta Convention Center, Jakarta Pusat, Kamis (5/3/2020).
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Seorang model berpose di depan truk yang dipamerkan di pameran kendaraan komersial, Gaikindo Indonesia International Commercial Vehicle Expo (GIICOMVEC) di Jakarta Convention Center, Jakarta Pusat, Kamis (5/3/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Merebaknya virus corona di berbagai negara berpengaruh terhadap penjualan mobil. Namun, virus ini diyakini tidak memengaruhi manufaktur mobil di Indonesia.

"Covid (19) ini sangat berpengaruh karena contohnya di Bali, turis turun, otomatis travel agent yang awalnya beli kendaraan untuk bus banyak jadi turun. Ekspor China juga turun. (Penjualan) kendaraan (komersial) juga terdampak," kata Ketum Gaikindo Yohannes Nangoi.

Baca Juga

Di sisi lain, ia mengatakan, wabah Covid-19 tidak terlalu berdampak besar terhadap gangguan manufaktur dan pasokan mobil dari negara terdampak ke Indonesia. "Sejauh ini tidak ada gangguan manufaktur. Ada sebagian suplai datang dari China, Jepang, Korea, enggak langsung ke kita. Selama ini masih normal," katanya.

Executive General Manager PT Toyota-Astra Motor (TAM) Fransiscus Soerjopranoto (Suryo) mengatakan, tahun ini tentu menjadi tahun yang cukup berat bagi para pelaku industri otomotif Indonesia.

"Tanpa ada corona, sebenarnya tahun ini kondisinya sudah cukup menantang karena adanya perang dagang dan resesi global. Corona tentu menambah tantangan tersendiri jika hal ini terus terjadi di tahun 2020," kata Suryo.

Ia pun sempat memperkirakan kondisi resesi global dan perang dagang membuat target penjualan gabungan secara nasional menjadi hal yang sangat sulit untuk dicapai. Menurut dia, dengan adanya dua hal itu saja, mencapai penjualan yang sama dengan total penjualan pada tahun lalu pun rasanya sudah sangat berat.

"Dengan adanya corona maka untuk mencapai total penjualan mencapai 1 juta unit saja sudah menjadi pekerjaan yang cukup berat bagi seluruh pabrikan yang ada di Indonesia," ujarnya.

Ia pun sependapat bahwa kondisi ini terjadi karena corona membuat sebagian masyarakat Indonesia lebih mengutamakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan yang berkaitan dengan kesehatan.

Target total penjualan pun makin terasa menantang karena kontribusi ekspor juga berpotensi merosot. Pasalnya, dia melanjutkan, corona juga membuat sejumlah masyarakat di beberapa negara destinasi ekspor melakukan tindakan yang sama.

Meskipun, hingga saat ini dampak corona belum terasa secara signifikan bagi penjulan dan proses produksi di Indonesia. Vice President Director TAM Henry Tanoto mengatakan, sejauh ini seluruh kegiatan operasional Toyota masih berjalan normal seperti biasa.

"Saat ini kami masih terus meninjau dampak perekonomian yang juga akan berpengaruh terhadap kondisi pasar otomotif Tanah Air. Seluruh kegiatan operasi masih berjalan normal. Namun, kami akan selalu melihat perkembangan yang ada," kata Henry.

Hal serupa pun terjadi pada DFSK Indonesia yang merupakan salah satu pabrikan asal China. Public Relation dan Digital Manager PT Sokonindo Automobile, Arviane Dahniarny Bahar, mengatakan, virus corona sejauh ini tidak berdampak terhadap produksi DFSK di Indonesia. Karena itu, seluruh aktivitas penjualan dan produksi pun berjalan dengan normal.

"Beberapa proses suplai komponen pun masih berjalan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan sehingga tidak ada proses produksi yang terganggu," kata Arviane. Hal ini terjadi karena pabrik DFSK di Chongqing, China, juga beroperasi dengan normal sehingga tetap dapat memenuhi kebutuhan komponen untuk pabrik DFSK di Cikande, Serang, Banten.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement